Walang Sangit: Hama Bau Yang Meresahkan

Walang Sangit: Hama Bau Yang Meresahkan
23
Senin, 23 Desember 2024

Leptocorisa oratorius, atau walang sangit, merupakan salah satu hama yang paling dikenal petani, terutama di wilayah tropis dan subtropis. Serangga ini menyerang bulir padi yang masih muda, menyebabkan kerugian signifikan pada hasil panen serta menurunkan kualitas beras yang dihasilkan. Bau menyengat yang khas menjadi ciri utama walang sangit, yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri dari predator alami.

Hama ini tersebar luas di berbagai negara dengan lingkungan yang hangat dan lembap, termasuk Indonesia, di mana padi menjadi tanaman pangan utama. Kehadirannya yang sering tidak terdeteksi sejak awal musim tanam membuat walang sangit menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan produksi pangan. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memahami karakteristik, siklus hidup, dampak, dan metode pengendalian walang sangit secara menyeluruh.

Identifikasi dan Habitat Leptocorisa oratorius

Leptocorisa oratorius, atau walang sangit, adalah serangga berukuran kecil dengan tubuh ramping berwarna cokelat kemerahan atau hijau kecokelatan. Serangga ini memiliki kaki dan antena yang panjang, yang membantunya bergerak lincah di antara daun dan bulir padi. Walang sangit dapat dikenali melalui bau menyengat yang dikeluarkannya saat merasa terganggu, yang berfungsi sebagai perlindungan alami.

Habitat walang sangit berada di persawahan dan ladang, meskipun mereka juga ditemukan di kebun dengan tanaman berbulir seperti sorgum dan jagung. Lingkungan yang hangat dan lembap sangat mendukung perkembangbiakan mereka, sehingga kawasan tropis dan subtropis menjadi tempat utama keberadaannya. Serangga ini lebih aktif pada pagi dan sore hari, sementara siang hari yang panas mereka gunakan untuk bersembunyi di dedaunan.

Keberadaan walang sangit sering kali meningkat selama musim tanam padi, terutama ketika bulir padi mulai tumbuh. Serangga ini hidup berkelompok, sehingga serangannya dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam waktu singkat.

Daur Hidup Leptocorisa oratorius

Daur hidup walang sangit terdiri dari tiga tahap utama: telur, nimfa, dan dewasa. Betina walang sangit biasanya meletakkan telur secara berkelompok di permukaan daun padi, dengan jumlah yang bisa mencapai puluhan dalam satu kali siklus. Telur ini akan menetas dalam waktu 5-7 hari menjadi nimfa kecil yang segera mulai menghisap cairan dari tanaman padi.

Tahap nimfa berlangsung sekitar 3-4 minggu, di mana serangga ini melalui beberapa kali pergantian kulit hingga mencapai ukuran dan bentuk seperti dewasa. Selama tahap ini, nimfa belum memiliki kemampuan untuk terbang, tetapi aktivitas makannya tetap merusak tanaman secara signifikan. Setelah melewati tahap pra-dewasa, walang sangit tumbuh menjadi serangga dewasa yang mampu terbang dan berkembang biak.

Siklus hidup walang sangit berlangsung selama 5-6 minggu, dan dalam kondisi lingkungan yang ideal, populasinya dapat berkembang sangat cepat. Faktor seperti suhu, kelembapan, dan ketersediaan tanaman inang memengaruhi panjang setiap tahap dalam siklus hidup mereka.

Dampak Walang Sangit pada Pertanian

Sebagai hama utama tanaman padi, walang sangit memberikan dampak yang merugikan baik secara kuantitas maupun kualitas hasil panen. Serangga ini menghisap cairan dari bulir padi muda, yang menyebabkan bulir menjadi kosong, hampa, atau menghasilkan beras yang berkualitas rendah. Warna bulir yang telah diserang sering kali berubah menjadi cokelat kehitaman, sehingga menurunkan nilai jualnya di pasar.

Kerugian akibat serangan walang sangit dapat mencapai 30–50% dari hasil panen jika tidak ditangani dengan baik. Dampak ini dirasakan lebih besar oleh petani kecil yang bergantung pada hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, populasi walang sangit yang tinggi dapat menyebar ke tanaman lain seperti jagung, sorgum, dan gandum, sehingga ancamannya tidak terbatas pada tanaman padi saja.

Petani sering kali menghadapi tantangan dalam mengendalikan walang sangit karena serangan mereka biasanya dimulai sejak tanaman masih muda. Deteksi dini sangat penting untuk mengurangi dampak kerusakan yang lebih luas. Oleh karena itu, pemantauan populasi walang sangit secara berkala harus menjadi bagian dari praktik manajemen pertanian.

Pengendalian Hama Helicoverpa armigera

Upaya preventif serangan walang sangit adalah melakukan pengolahan tanah yang bersih pada pematang sawah dan pembakaran rumput yang tumbuh di pematang dan di lahan kosong secara berkala untuk mencegah berkembang biaknya hama walang sangit dan mengurangi jumlah hama yang menyerang tanaman berikutnya. Dan dapat juga dilakukan pergiliran tanaman.

Pengendalian walang sangit dapat dilakukan melalui metode mekanis, kimiawi, dan biologis. Penggunaan pestisida kimia adalah langkah yang umum dilakukan, namun penggunaan pestisida harus dilakukan dengan bijak untuk mencegah resistensi hama dan dampak negatif terhadap lingkungan serta kesehatan manusia, insektisida yang biasa digunakan yakni berbahan aktif fipronil, etofenproks, dan imidakloprid yang bekerja mengganggu sistem syaraf serangga. Alternatif pestisida nabati dapat berupa ekstrak dari tanaman seperti daun mimba atau biji mimba. Pendekatan biologis juga cukup efektif, misalnya dengan memanfaatkan parasit seperti Gryon nixoni yang merusak telur walang sangit.

Penerapan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai metode pengendalian dapat meningkatkan keberhasilan dalam meminimalkan dampak walang sangit. Dengan pengelolaan yang tepat, keberlanjutan pertanian padi dapat tetap terjaga, dan ketahanan pangan dapat didukung dengan lebih baik.

Kesimpulan

Leptocorisa oratorius, atau walang sangit, adalah hama pertanian yang menimbulkan kerugian besar pada hasil panen padi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dengan daur hidup yang cepat dan kemampuan berkembang biak yang tinggi, serangga ini menjadi ancaman serius bagi petani. Dampak ekonominya yang besar, terutama bagi petani kecil, menegaskan pentingnya pengelolaan hama yang efektif melalui pendekatan terpadu. Dengan memahami daur hidup, dampak, serta metode pengendalian yang efektif, ancaman walang sangit dapat diminimalkan, mendukung ketahanan pangan yang lebih stabil di masa depan.

Nah, demikian ulasan terkait walang singit. Semoga bermanfaat ya!

Author: M. Fachry Nur Aiman

REFERENSI:

Edde, P. A. 2021. Field Crop Arthropod Pests of Economic Importance. Netherlands: Academic Press.

Jahn, G. C., Domingo, I., Liberty, M., Almazan, P., & Pacia, J. 2004. Effect of Rice Bug Leptocorisa oratorius (Hemiptera: Alydidae) on Rice Yield, Grain Quality, and Seed Viability. Journal of economic entomology, 97(6): 1923-1927.

Ramadhan, A., Bakti, K. K. A., Mayangsari, M. A., Auliya'Qurrotaa'yunin, T., & Rahmawati, Y. F. (2022). Identifikasi Perilaku Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) Di Kebun Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. Kingdom. The Journal of Biological Studies, 8(1): 85-93.

Rattanapun W. 2013. Biology of Rice Bug Leptocorisa oratorius (Fabricius) (Hemiptera: Alydidae), Population Change and Alternative Host Plants. Commun Agric Appl Biol Sci, 78(2):193-7.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA