Ulat Puss (Megalopyge opercularis)

Ulat Puss (Megalopyge opercularis)
09
Senin, 9 Desember 2024

Ulat Megalopyge opercularis, yang lebih dikenal dengan nama ulat puss, asp, wooly asp, Italian asp, opossum bug, wooly slug, atau el perrito (bahasa Spanyol untuk "anak anjing"), adalah salah satu ulat paling berbisa di Amerika Utara. Ulat puss merupakan tahap larva dari salah satu jenis ngengat, yakni southern flannel moth.

Nama famili Megalopygidae dan genus Megalopyge berasal dari bahasa Yunani, yaitu megalo (besar) dan pygidium (pantat), yang menggambarkan bentuk khas ulat ini. Sementara itu, nama spesifik opercularis diambil dari bahasa Latin yang berarti "penutup," merujuk pada bentuk kepompongnya yang memiliki semacam tutup. Julukan "ulat puss" sendiri kemungkinan diberikan karena kemiripan bulunya yang lembut dengan bulu dan ekor kucing​.

Meski memiliki penampilan menggemaskan dengan tubuh berbulu lembut, ulat ini menyimpan ancaman serius. Racun yang tersembunyi di balik bulu-bulunya dapat menyebabkan reaksi yang menyakitkan hingga membahayakan kesehatan manusia.

Artikel ini akan membahas mengenai ulat puss yang menghasilkan racun. Yuk simak uraian di bawah ini.

Mengenal Lebih Dekat dengan Ulat Puss

Ulat puss bersifat polifag dengan tanaman inangnya dari berbagai spesies pohon ek dan pohon elm, termasuk Ulmus parvifolia Jacquin. Ulat ini memakan dedaunan dari pohon tersebut sebagai nutrisi untuk mendukung siklus hidupnya.

Telur berwarna kuning muda dengan panjang sekitar 1,2 mm dan lebar 0,6 mm, serta ujungnya agak membulat. Telur diletakkan dalam barisan melengkung tunggal atau ganda pada dedaunan atau ranting kecil dan ditutupi dengan rambut dari sisi bawah perut individu betina. Selanjutnya, telur menetas dalam 6-8 hari.

Tahap larva terdiri dari lima atau enam instar dengan panjang larva dapat mencapai 2,54 cm (1 inci). Integumen instar pertama hingga kedua berwarna kuning. Sedangkan, warna dari larva yang lebih tua dapat berupa putih, abu-abu, cokelat muda, kuning, coklat kemerahan, atau bahkan campuran warna.

Larva ulat puss memiliki deretan tonjolan kecil yang disebut verrucae, yang dilengkapi duri berongga. Di dasar setiap duri terdapat kelenjar yang menghasilkan racun. Duri-duri ini tertutup oleh lapisan bulu halus yang panjang dan lembut.

Pada tahap akhir perkembangan, tubuh ulat puss biasanya sepenuhnya tertutupi oleh rambut tebal sehingga sulit terlihat. Namun, bagian kepala dan lehernya (prothorax) kadang-kadang terlihat, terutama saat ulat ini bergerak atau sedang makan.

Tahap larva ulat puss berlangsung selama 53 hingga 97 hari. Setelah menyelesaikan tahap ini, larva akan memasuki fase kepompong (pupa) sebelum akhirnya berubah menjadi ngengat dewasa yang dikenal sebagai southern flannel moth.

Ulat Puss yang Menghasilkan Racun Berbahaya bagi Manusia

Struktur verrucae dari ulat puss mampu mengeluarkan racun. Ketika struktur verrucae bersentuhan dengan kulit, maka struktur ini akan pecah, menempel, dan mengeluarkan racun.

Racunnya belum dapat dikarakteristik dengan baik, namun racun ini telah terbukti memiliki aktivitas hemolitik. Kontak fisik dengan ulat puss akan menyebabkan rasa sakit seperti terbakar yang menyebabkan eritema.

Dalam beberapa jam, vesikel atau pustula hemoragik (gelembung berisi nanah) akan muncul dan berlangsung selama beberapa hari. Orang tersebut mungkin akan mengalami mati rasa pada bagian tubuh yang terkena, sakit kepala, demam, mual, muntah, dan sakit perut yang dapat berlangsung selama beberapa hari pula.

Penanganan yang mungkin dilakukan adalah menempelkan selotip pada lokasi yang terpapar dan menariknya untuk menghilangkan duri. Pengompresan menggunakan es, pengaplikasian antihistamin secara oral, dan mengoleskan krim hidrokortison, kortikosteroid sistemik, dan kalsium glukonat intravena, serta soda kue juga dapat dilakukan.

Cara Mengendalikan Ulat Puss

Selama bertahun-tahun, ulat puss dikendalikan dengan memanfaatkan musuh alaminya. Musuh alami mereka adalah Chrysopa sp. (Neuroptera: Chrysopidae) dan Hyposotor fugitivus (Hymenoptera: Ichneumonidae) yang dapat menyerang dan memakan instar awal, serta memakan telurnya.

Seekor kadal juga teramati memakan larva instar ke-4 (panjang sekitar 5 mm). Beberapa spesies juga menunjukkan sifat parasitoidnya terhadap ulat puss, seperti Tachinidae dan Retentor lanugo yang meletakkan telurnya di atas ulat puss dan kemungkinan akan berkembang di dalam kepompong ulat puss.

Selain pengendalian yang memanfaatkan musuh alami, pemanfaatan Bacillus thuringiensis juga dapat diaplikasikan.

Dengan berbagai metode pengendalian yang telah ada, pemanfaatan musuh alami dan agen hayati menjadi solusi yang ramah lingkungan dalam mengendalikan populasi ulat puss. Langkah-langkah ini tidak hanya efektif, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem di lingkungan sekitar.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku dan siklus hidup ulat puss, diharapkan ancaman yang ditimbulkan terhadap manusia dapat diminimalkan. Pengendalian yang bijak akan memastikan keberlanjutan keanekaragaman hayati tanpa mengorbankan kesehatan manusia.

Nah, demikian ulasan terkait lalat kuda: spenghisap darah. Semoga bermanfaat ya!

Author: Dherika

Referensi

Forrester, M.B. (2018). Megalopyge opercularis Caterpillar Stings Reported to Texas Poison Centers. Wilderness & Environmental Medicine. 29(2):215-220. DOI:10.1016/j.wem.2018.02.002.

Hall, D.W. (2022). Puss Caterpillar (Larva), Southern Flannel Moth (Adult), Megalopyge opercularis (J.E. Smith 1797) (Insecta: Lepidoptera: Zygaenoidea: Megalopyge). Agricultural and Food Systems, EENY-545: 1-12. DOI: doi.org/10.32473/edis-in976-2013.

iNaturalist. (2024). Southern Flannel Moth (Megalopyge opercularis). Retrieved from https://www.inaturalist.org/taxa/84185-Megalopyge-opercularis (Accessed: December 3rd, 2024).

Konstat-Korzenny, E., Yudovich, A., & Morgenstern-Kaplan, D. (2020). Lepidopterism: Case Report and Review of the Literature. Cureus, 12(1): 1-6. DOI 10.7759/cureus.6567.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA