Temephos (O,O,O′O′-tetramethyl O,O′-thiodi-p-phenylene bis(phosphorothioate) atau dikenal dengan nama dagang abate, adalah insektisida organofosfat (OP) yang tidak bersifat sistemik atau tidak menyebar ke bagian lain dari tanaman dan organisme lain yang terdampak. Dalam konteks pengendalian vektor penyakit, temephos merupakan larvasida yang digunakan secara khusus dan spesifik untuk mengendalikan tahap larva serangga, terutama larva nyamuk, midges, dan blackflies yang telah diketahui menyebabkan masalah kesehatan di Masyarakat (Adrianto et al., 2023).
Temophos adalah salah satu larvasida yang paling umum digunakan secara global karena kemudahan penggunaannya, efektivitas yang tinggi, biaya operasional yang terjangkau, toksisitas yang rendah terhadap mamalia, dan efek pengendalian yang lama sebelum dilakukan aplikasi kembali. Temephos tersedia dalam berbagai formulasi komersial, termasuk butiran, diluted solutions, emulsifiable concentrates, dan formulasi lainnya yang memiliki karakteristik slow release atau pelepasan lambat (pelepasan bertahap) (Adrianto et al.,2023).. Dilaporkan bahwa temephos memiliki kelarutan air yang rendah sekitar 30 μg/L pada suhu 25°C. Ini berarti bahwa jumlah temephos yang dapat larut dalam air pada kondisi tersebut adalah relatif kecil. Efek dari rendahnya kelarutan air temephos adalah adanya sifat pelepasan lambat (slow-release property) (Satriawan et al., 2019). Fleksibilitas formulasi ini memungkinkan penggunaan temephos dalam berbagai metode aplikasi, disesuaikan dengan lokasi dan tingkat aplikasi yang dibutuhkan untuk mencapai efektivitas maksimal dalam mengendalikan populasi larva. Pada tahun 1970-an, pemerintah Indonesia telah mengadopsi penggunaan temephos sebagai bagian dari program nasional dalam pengendalian populasi larva Aedes aegypti (Adrianto et al.,2023).
Gambar 1 Struktur kimia temephos
Gambar 2 Jalur acethylcoline dan interaksinya dengan organofosfat (Satriawan et al., 2019).
Tabel 1 Data toksisitas temephos (EPA, 2016)
Temophos memiliki toksisitas akut yang relative rendah hingga sedang apabila dibandingkan dengan insektisida organofosfat lainnya. Temephos bersifat toksik akut melalui jalur oral dan kulit, serta memiliki toksisitas rendah jika terhirup. Temephos tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen. Data yang digunakan untuk penilaian ini adalah hasil dari studi kronis selama 2 tahun pada tikus. Dosis tertinggi yang diberikan (15 mg/kg/hari) tidak menyebabkan pembentukan tumor. Karena temephos digunakan hanya untuk keperluan non-pangan, studi kronis atau karsinogenisitas pada spesies lain tidak dianggap perlu. Temephos juga dilaporkan tidak bersifat toksik terhadap reproduksi dan perkembangan. Namun, penelitian yang dilakukan Woo-Sung et al. (2020) menunjukkan bahwa perlakuan temephos dapat menurunkan kesuburuan pada mouse jantan. Untuk menkonfirmasi hal tersebut, Data tambahan diperlukan untuk mengkonfirmasi penilaian tersebut (EPA, 2016).
Penting untuk dicatat bahwa temephos adalah bahan kimia yang diatur, dan penggunaannya harus sesuai dengan pedoman dan regulasi yang berlaku di wilayah setempat. Penggunaan temephos diatur oleh berbagai badan dan lembaga pemerintah di tingkat nasional dan internasional. Regulasi dan pengawasan dapat bervariasi antara negara, dan beberapa badan mungkin memiliki peran dalam mengatur penggunaan temephos. Beberapa badan organisasi yang umumnya terlibat dalam regulasi penggunaan pestisida seperti temephos meliputi WHO, OIE, FDA, departemen kesehatan masyarakat, kementrian, EPA, dll.
Penggunaan temephos, seperti banyak pestisida, tidak terlepas dari isu yang signifikan, yaitu resistensi. Resistensi ini telah terjadi di berbagai negara, sebagaimana dibuktikan oleh sejumlah penelitian yang menunjukkan penurunan angkat kematian, meningkatnya nilai LC50, dan RR50 dibandingkan dengan strain rentan. Untuk mengatasi resistensi, dapat dilakukan menggunakan strategi rotasi larvasida dan IPM. Diperlukan pemantaian resistensi secara teratur untuk mengidentifikasi potensi masalah resistensi secara dini. Selain itu, penelitian yang berkelanjutan untuk mengembangkan metode pengendalian vektor yang inovatif adalah kunci untuk mengatasi tantangan resistensi dan meningkatkan efektivitas pengendalian vector (Doungjan, 2023 ; Davila et al., 2024).
REFERENSI
Adrianto, H., Subekti, S., Arwati, H., Rambung, E., Silitonga, H. T. H., & Rohmah, E. A. (2023). Another Mode of Action of Temephos Against Aedes aegypti Larvae: A Stomach Poison Investigation.
Davila-Barboza, J. A., Gutierrez-Rodriguez, S. M., Juache-Villagrana, A. E., Lopez-Monroy, B., & Flores, A. E. (2024). Widespread Resistance to Temephos in Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) from Mexico. Insects, 15(2), 120.
Doungjan, K. (2023). Temephos Resistance in Prevention of Dengue Cases: Literature Review. Journal of Health Sciences, 16(01), 1-7.
EPA. (2016). Temephos RED. https://archive.epa.gov/pesticides/reregistration/web/html/temephos_red.html#:~:text=Temephos%20has%20relatively%20low%20to,has%20low%20toxicity%20through%20inhalation.Diakses pada 16 Februari 2024.
Kim, S. H., Bae, J. W., Kim, D. H., Jeong, D. J., Ha, J. J., Yi, J. K., & Kwon, W. S. (2020). Detrimental effects of temephos on male fertility: An in vitro study on a mouse model. Reproductive Toxicology, 96, 150-155.
Satriawan, D., Sindjaja, W., & Richardo, T. (2019). Toxicity of the Organophosphorus Pesticide Temephos. Indonesian Journal of Life Sciences | ISSN: 2656-0682 (online).