Pengendalian Infestasi Kecoa pada Kapal Laut

Pengendalian Infestasi Kecoa pada Kapal Laut
15
Kamis, 15 Agustus 2024

Kecoa menjadi hama yang persisten dan dapat hidup di berbagai kondisi lingkungan, termasuk kapal laut. Hama yang adaptif ini tidak hanya menjadi gangguan estetika saja, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan karena potensinya dalam membawa dan menyebarkan patogen.

Pengendalian infestasi kecoa di kapal laut membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, yang menggabungkan tahap investigasi, metode treatment yang efektif, dan monitoring yang berkelanjutan.

Infestasi Kecoa pada Kapal Laut

Kapal laut, terutama yang sudah beroperasi dalam waktu yang lama, menyediakan lingkungan yang ideal bagi kecoa untuk berkembang biak. Kondisi hangat dan lembab, dikombinasikan dengan ketersediaan makanan dan tempat berlindung, menjadikan kapal sebagai tempat yang sangat cocok bagi kecoa untuk berkembang biak.

Sebuah penelitian yang mensurvei 21 kapal feri menemukan bahwa sekitar 50% dari kapal tersebut terinfestasi oleh Blattella germanica, atau biasa dikenal sebagai kecoa Jerman. Sebagian besar infestasi ini ringan, namun salah satu kapal sangat terindikasi mengalami infestasi berat, dan empat kapal lainnya mengalami infestasi sedang.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sebagian besar kecoa yang didapatkan melalui trap merupakan tahap nimfa, yang menunjukkan bahwa meskipun populasi kecoa dewasa mungkin telah berkurang akibat penerapan pestisida, stase nimfa berhasil bertahan hidup di area pelabuhan dan kapal.

Hal ini menunjukkan bahwa metode pengendalian kecoa konvensional mungkin tidak cukup untuk memberantas infestasi sepenuhnya di kapal.

Untuk mengatasi infestasi kecoa secara efektif, penting untuk memahami metode pengendalian hama mana yang paling efektif di area kapal.

Sebuah penelitian mengidentifikasi beberapa faktor dan praktik yang dapat mempengaruhi tingkat resiko infestasi kecoa pada kapal:

Penggunaan beberapa jenis pestisida dikaitkan dengan berbagai tingkat keberhasilan dalam mengendalikan populasi kecoa. Misalnya, Cyfluthrin (pestisida semprot) dan Fripronil (gel) ditemukan secara signifikan mengurangi risiko infestasi. Alphacypermethrin, pestisida semprot lainnya, juga menunjukkan efektivitas yang cukup baik.

Namun, tidak semua pestisida sama efektifnya; misalnya, Deltamethrin dan Methylisobutylketone tidak menunjukkan asosiasi yang signifikan dengan penurunan risiko infestasi.

Meskipun fumigasi sering dianggap sebagai metode pengendalian hama yang kuat, penelitian ini menemukan bahwa penerapannya di kapal tidak secara signifikan terkait dengan penurunan tingkat infestasi.

Hal ini mungkin disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan fumigasi secara menyeluruh di semua area di mana kecoa dapat bersembunyi, seperti celah-celah kecil dan area pelabuhan yang sulit diakses.

Inspeksi rutin oleh awak kapal terbukti penting dalam mengelola infestasi. Kapal yang awak kapalnya secara teratur memeriksa keberadaan kecoa, memiliki resiko infestasi yang lebih rendah.

Hal ini menekankan pentingnya membuat laporan yang rinci dan melakukan inspeksi rutin sebagai bagian dari strategi pengelolaan hama terpadu (IPM).

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa beberapa faktor lingkungan, seperti jadwal pelayaran kapal, dapat mempengaruhi risiko infestasi. Misalnya, kapal yang beroperasi di wilayah Aegean Timur Laut lebih mungkin mengalami infestasi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor geografis dan populasi hama lokal mungkin berperan dalam prevalensi infestasi kecoa pada kapal.

Tantangan dan Pertimbangan dalam Pengendalian Kecoa

Mengendalikan kecoa di kapal menghadirkan tantangan unik dibandingkan dengan lingkungan darat. Ruang yang terbatas, pergerakan yang konstan, dan keberadaan penumpang serta kargo menciptakan lingkungan dinamis yang dapat menghambat metode pengendalian hama secara tradisional. Selain itu, kecoa dapat dengan mudah diangkut di antara pelabuhan, membuatnya sulit untuk sepenuhnya menghilangkan infestasi.

Salah satu tantangan utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah kelangsungan hidup nimfa meskipun kecoa dewasa telah menjadi target pestisida. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pestisida saja mungkin tidak cukup untuk memutus siklus hidup kecoa di kapal.

Pendekatan IPM yang menggabungkan berbagai strategi sangat penting untuk mengendalikan infestasi kecoa. Hal ini mencakup inspeksi rutin, penggunaan pestisida yang efektif, fumigasi jika diperlukan, dan pencatatan.

Memanfaatkan pestisida yang terbukti efektif, seperti Cyfluthrin dan Fripronil, dapat secara signifikan mengurangi risiko infestasi.

Namun, rotasi pestisida penting dilakukan untuk mencegah resistensi dan memastikan bahwa semua tahap hidup kecoa dari nimfa hingga dewasa terpapar dan efektif terpengaruh oleh aplikasi insektisida tersebut.

Program monitoring yang ketat dengan penggunaan perangkap, inspeksi visual, dan pencatatan yang rinci sangatlah penting. Hal ini memungkinkan deteksi dini infestasi dan intervensi yang tepat waktu sebelum tingkat infestasi semakin besar.

Mengurangi ketersediaan makanan, air, dan tempat berlindung dapat membantu mencegah infestasi kecoa. Hal ini dilakukan dengan pembangunan sistem sanitasi yang tepat, pengelolaan limbah, dan menutup retakan serta celah-celah tempat kecoa mungkin bersembunyi.

Training awak kapal tentang pentingnya pengendalian hama dan cara mengidentifikasi tanda-tanda infestasi dapat meningkatkan efektivitas tindakan pengendalian. Anggota awak harus dilatih untuk melakukan inspeksi rutin dan melaporkan tanda-tanda keberadaan kecoa segera.

Demikian informasi terkait pengendalian infestasi kecoa pada kapal laut. Semoga bermanfaat, ya!

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931

REFERENSI

Mouchtouri, V. A., Anagnostopoulou, R., Samanidou-Voyadjoglou, A., Theodoridou, K., Hatzoglou, C., Kremastinou, J., & Hadjichristodoulou, C. (2008). Surveillance study of vector species on board passenger ships, risk factors related to infestations. BMC Public Health, 8, 1-8.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA