Pencemaran Pestisida pada Badan Air

Pencemaran Pestisida pada Badan Air
04
Rabu, 4 September 2024

Pestisida banyak digunakan di area perkebunan, pertanian dan lingkungan urban untuk menghilangkan hama yang mengganggu dan tidak diinginkan. Namun penggunaan pestisida dan instrumennya yang tidak sesuai dapat mengenai organisme atau daerah yang sebenarnya bukan menjadi target aplikasi pestisida tersebut.

Badan air menjadi salah satu area yang sering terkontaminasi oleh pestisida atau bahan kimia yang digunakan di area pertanian atau perkebunan akibat aliran air tanah, atau drift yang mungkin terjadi pada saat penyemprotan.

Kasus pencemaran air oleh pestisida di beberapa negara Asia, seperti Malaysia, Jepang, China, dan India, menjadi masalah yang perlu diperhatikan.

Di Malaysia, penelitian di Tanjung Karang menemukan sembilan jenis pestisida terdeteksi dalam sampel air sebelum proses pengolahan air. Walaupun, setelah proses pengolahan air konsentrasi semua jenis pestisida yang ditemukan berada di bawah standar yang diatur oleh European Health-Based Chemicals Standard, terdapat empat jenis pestisida (pymetrozine, tebuconazole, propiconazole, dan buprofezin) yang tidak sepenuhnya terhapus oleh proses pengolahan air.

Di Jepang, penelitian pada sungai Dongjiang menemukan konsentrasi pestisida seperti endosulfan, chlorpyrifos, dan triazofos yang berbeda dalam air dan tanah daerah tersebut. Di China, pada sungai Songhua, pencemaran air akibat pestisida telah menjadi masalah yang parah. Studi menemukan konsentrasi pestisida seperti endosulfan, DDT, dan DDE di berbagai situs sungai .

Di Indonesia, contohnya di Sungai Citarum, sebagai bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terletak di Provinsi Jawa Barat, secara rutin menerima limpasan air sebagai dampak dari berbagai aktivitas manusia, termasuk aktivitas pertanian.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa senyawa organoklorin masih dapat terdeteksi di air dan sedimen Sungai Citarum. Beberapa bahan aktif yang sebenarnya sudah dilarang namun masih digunakan ditemukan di DAS Citarum, beberapa diantaranya seperti aldicarb, alfa-sipermetrin, diazinon, dikofol, endosulfan, karbaril, klorotalonil, klorpirifos, mankozeb, permetrin, dan sipermetrin.

Alur Pencemaran

Pencemaran pestisida dalam air disebabkan oleh bahan kimia pestisida yang persisten yang dilepaskan dari kegiatan pertanian, penggunaan di lingkungan urban, dan pabrik produksi pestisida.

Alur kontaminasi pada badan air terjadi melalui berbagai sumber, yaitu melalui sumber terpusat dan sumber non-titik.

Pencemaran terpusat berasal dari lokasi tetap, seperti aliran kimia pada tempat penyimpanan yang tidak tepat, pembuangan, serta penggunaan pestisida yang tidak sesuai aturan yang dianjurkan.

Sementara itu, sumber non-titik berasal dari pergerakan pestisida dari area luas melintasi daerah aliran air dan akhirnya mencapai badan air seiring waktu. Sumber pencemaran non-titik juga berasal dari lahan pertanian melalui peristiwa limpasan air dan erosi, yang menyebabkan pelepasan pestisida secara bertahap ke dalam sungai dan air tanah.

Selain itu, pestisida juga dapat masuk ke dalam air melalui evaporasi, di mana mereka kemudian mengendap kembali saat hujan, dan kemudian masuk ke badan air dan tanah. Namun, jumlah konsentrasi yang melalui jalur ini relatif tidak signifikan.

Secara umum, pestisida memasuki sistem perairan melalui erosi dan perkolasi melalui lapisan tanah, di mana tingkat pencemaran pestisida dalam air dipengaruhi oleh sifat pestisida, karakteristik tanah, kondisi lokasi, serta aplikasi dan praktik pengelolaan pestisida.

Dampak Pencemaran Pestisida pada Badan Air

Pencemaran pestisida dalam air dapat memiliki dampak terhadap kesehatan yang serius, karena paparan jangka panjang terhadap konsentrasi rendah pestisida dapat menyebabkan risiko kesehatan yang signifikan.

Selain berdampak pada kesehatan manusia, kontaminasi pestisida pada badan air juga berdampak secara ekologis.

Ancaman serius bagi kehidupan akuatik dapat terjadi ketika air terkontaminasi oleh pestisida. Hal tersebut dapat berdampak negatif pada tanaman air, sehingga kemudian mengurangi kadar oksigen yang larut dalam air, Tanaman air memiliki peran vital dalam menyediakan sekitar 80% oksigen terlarut yang diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk akuatik.

Kematian tanaman air akibat herbisida dapat mengakibatkan penurunan drastis tingkat oksigen terlarut, yang pada akhirnya menyebabkan ikan mengalami kekurangan oksigen, menyebabkan perubahan fisiologis dan perilaku dalam populasi ikan serta menurunkan produktivitas ikan secara keseluruhan.

Hewan air dapat terpapar pestisida melalui tiga cara, yakni penyerapan langsung melalui kulit (dermal), penyerapan melalui insang saat pernapasan, dan masuk melalui air minum yang terkontaminasi secara langsung.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pestisida yang digunakan untuk merawat rumput dapat ditemukan di berbagai permukaan air, seperti kolam, sungai, dan danau.

Dari kasus-kasus yang sudah dijelaskan di atas, kita dapat melihat bahwa pengelolaan pestisida dan proses pengolahan air khususnya untuk keperluan dasar (mandi dan minum) yang efektif sangat penting untuk memastikan pasokan air yang aman bagi masyarakat.

Keberadaan pestisida di lingkungan, akan melalui berbagai proses, seperti degradasi, erosi, pencucian, dan limpasan.

Secara alami, pestisida dapat terurai melalui proses transformasi biotik, fisik, atau kimia. 

Degradasi mikroba mencakup mineralisasi, dimana pestisida terurai menjadi karbon dioksida dan senyawa produk lainnya, dan ko-metabolisme, dimana reaksi mikroba mengubah pestisida menjadi bentuk kimia lainnya yang lebih aman bagi lingkungan.

Degradasi fotokimia, atau fotolisis, terjadi dengan adanya sinar ultraviolet (UV), sedangkan degradasi kimia terjadi melalui reaksi redoks dan hidrolisis dengan udara, air, dan senyawa lain pada tanah

Pestisida dengan tingkat biodegradasi yang rendah memiliki waktu paruh yang panjang dan cenderung bertahan di lingkungan sehingga berpotensi mencemari sumber air.

Mobilitas pestisida ditentukan oleh kapasitas adsorpsi dan kelarutannya. Pestisida yang memiliki daya serap kuat pada tanah cenderung tidak dapat masuk ke profil tanah yang lebih dalam, namun mudah terbawa oleh partikel tanah yang terkikis melalui limpasan permukaan dan akhirnya mencapai badan air.

Sedangkan pestisida dengan tingkat degradasi yang rendah, memiliki daya serap yang lemah terhadap partikel tanah, dan kelarutan yang tinggi sehingga berpotensi larut dalam air.

Residu pestisida yang tidak terurai pada akhirnya akan tertinggal di alam dan dapat menyebabkan resiko kesehatan atau bahkan kematian pada organisme lainnya, sehingga berkonsultasi dengan ahli sangat diperlukan untuk menentukan jenis dan prosedur yang tepat dalam penggunaan pestisida.

Demikian informasi terkait pencemaran pestisida pada badan air. Semoga bermanfaat, ya!

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931

REFERENSI :

Helfrich LA, Weigmann DL, Hipkins P, Stinson ER (2009) Pesticides and aquatic animals: a guide to reducing impacts on aquatic systems. In: Virginia Polytechnic Institute and State University.

Rochmanti, 2009. Identifikasi Penggunaan Organoklorin di Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu, Desa Kertasari. Tugas Sarjana: Teknik Lingkungan.

Saleh, I. A., Zouari, N., & Al-Ghouti, M. A. (2020). Removal of pesticides from water and wastewater: Chemical, physical and biological treatment approaches. Environmental Technology & Innovation, 19, 101026.

Scholz NL, Fleishman E, Brown L, Werner I, Johnson ML, Brooks ML, Mitchelmore CL (2012). A perspective on modern pesticides, pelagic fi sh declines, and unknown ecological resilience in highly managed ecosystems. Bioscience 62(4):428–434

Syafrudin, M.; Kristanti, R.A.; Yuniarto, A.; Hadibarata, T.; Rhee, J.; Al-onazi, W.A.; Algarni, T.S.; Almarri, A.H.; Al-Mohaimeed, A.M. Pesticides in Drinking Water A Review. Int. J. Environ. Res. Public Health 2021, 18, 468. https://doi.org/10.3390/ijerph18020468

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA