Mekanisme Menggigit Nyamuk dan Dampaknya pada Kulit Manusia

Mekanisme Menggigit Nyamuk dan Dampaknya pada Kulit Manusia
24
Rabu, 24 Juli 2024

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang paling sering mengganggu manusia. Dengan lebih dari 3.500 spesies yang tersebar di seluruh dunia, nyamuk telah beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan iklim.

Nyamuk juga merupakan salah satu hewan paling mematikan di planet ini. Setiap tahun, ratusan ribu orang meninggal akibat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti malaria, demam berdarah, dan filariasis. Selain itu, sekitar 200 juta orang lainnya terinfeksi dan menderita gejala penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.

Proses gigitan nyamuk sebenarnya adalah contoh evolusi, di mana serangga ini telah mengembangkan cara-cara yang sangat efisien untuk menemukan inangnya dan menghisap darah.

Artikel ini akan membahas mekanisme gigitan nyamuk, termasuk bagaimana nyamuk menemukan sumber makanannya, proses penusukan kulit, penghisapan darah, dan dampak air liur nyamuk pada kulit manusia. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang proses ini, kita dapat lebih siap untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit yang mereka bawa.

Mekanisme Gigitan Nyamuk 

Nyamuk menggunakan berbagai indra untuk menemukan inangnya, seperti indra penciuman dan visual. Mereka dapat mendeteksi karbon dioksida (CO2) yang dihembuskan oleh manusia dan hewan dari jarak yang cukup jauh serta odor yang dihasilkan dari beberapa senyawa kimia seperti asam laktat, amonia, dan asam karboksilat menggunakan maxillary palp dan antena yang ada di bagian kepala nyamuk. Perbedaan individu dalam metabolisme, diet, dan genetik menyebabkan variasi profil senyawa kimia yang dihasilkan oleh tubuh sehingga orang dengan profil kimia tubuh yang lebih menarik bagi nyamuk akan lebih sering terkena gigitan. 

Secara visual, nyamuk menggunakan mata majemuk (compound eyes) untuk menemukan inangnya. Mata majemuk memiliki ratusan hingga ribuan ommatidia yang menangkap cahaya dari sebagian kecil sudut pandang. Ommatidia telah beradaptasi untuk berfungsi dengan baik dalam cahaya rendah, memungkinkan nyamuk untuk melihat dengan baik dalam kondisi gelap atau remang-remang. Di dalam ommatidia, terdapat sel reseptor cahaya yang mengandung pigmen visual dan merespons cahaya dengan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Selain itu, terdapat rhabdom yang terdapat di dalam sel reseptor cahaya berfungsi mengumpulkan dan memfokuskan cahaya. Rhabdom biasanya lebih panjang pada serangga yang aktif di malam hari atau senja, membantu nyamuk untuk menangkap dan mengumpulkan lebih banyak cahaya, meningkatkan kemampuan mereka untuk melihat dalam kondisi cahaya rendah.

Mata majemuk memberikan nyamuk sudut pandang hampir 360 derajat sehingga mempermudah nyamuk untuk melihat dan merespons rangsangan dari berbagai arah. Bentuk mata majemuk juga meningkatkan sensitivitas dan kemampuan nyamuk untuk mendeteksi gerakan dan bentuk dengan sangat baik, meskipun resolusi gambar yang dihasilkan tidak setajam penglihatan manusia. Adaptasi-adaptasi inilah yang memungkinkan nyamuk untuk tetap aktif dan efisien dalam mencari inang pada saat senja dan malam hari, memberikan keuntungan evolusioner yang signifikan dalam bertahan hidup dan bereproduksi.

Selain penciuman dan visual, nyamuk juga mendeteksi inangnya melalui perubahan suhu menggunakan organ termoreseptor yang terdapat pada antena dan maxillary palp. Ketika nyamuk mendekati inangnya, mereka merasakan gradien suhu yang semakin meningkat dan menggunakan informasi ini untuk menentukan lokasi yang tepat untuk mendarat dan menggigit. Deteksi perubahan suhu ini sangat penting terutama dalam kondisi cahaya rendah atau saat senja dan malam hari. 

Setelah nyamuk berhasil mendeteksi inangnya, ia akan mendarat dan mulai mencari tempat yang cocok untuk menggigit. Proses ini dapat berlangsung beberapa menit sampai nyamuk mendapatkan jumlah darah yang cukup.   

Nyamuk memiliki beberapa tempat favorit untuk menggigit manusia, dan pilihan lokasi tersebut sering kali didasarkan pada faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, dan aksesibilitas pembuluh darah. Kaki, tangan, lengan, punggung, leher dan wajah sering menjadi target, terutama karena area ini mudah diakses oleh nyamuk. 

Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, nyamuk betina akan menusukan mulutnya yang berbentuk jarum (proboscis) untuk menembus kulit. Proboscis terdiri dari enam bagian, termasuk dua mandibel yang tajam untuk memotong kulit, dua maxillae untuk menggeser jaringan, dan saluran ganda untuk menyedot darah dan mengeluarkan air liur. Selain itu,  proboscis nyamuk memiliki saluran ganda, satu untuk menghisap darah dan satu lagi untuk menyuntikkan air liur.

Saat menembus kulit, nyamuk menyuntikkan air liurnya yang mengandung berbagai enzim dan protein, seperti zat antikoagulan yang mencegah darah menggumpal dan mempermudah pengisapan darah dan senyawa anestasi yang menekan rasa sakit pada inangnya selama fase gigitan berlansung.Selain itu, saliva nyamuk mengandung vasodilators, seperti Sialokinin yang bekerja untuk memperlebar pembuluh darah di sekitar lokasi gigitan, sehingga mempermudah aliran darah dan memfasilitasi proses penghisapan darah oleh nyamuk. 

Dampak Gigitan Nyamuk pada Kulit Manusia

Berbagai jenis protein dan enzim di dalam air liur nyamuk yang disuntikkan ke dalam kulit akan dianggap sebagai zat asing oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh, terutama sel mast yang pertama kali terpapar pada alergen (seperti protein nyamuk) akan menjadi sensitif dan memproduksi antibodi. Aktivasi sel mast juga akan menyebabkan terjadinya pelepasan mediator inflamasi seperti  histamin, leukotrien, prostaglandin. Biasanya, pelepasan modulator inflamasi tersebut menyebabkan terjadinya pembengkakan (edema), rasa gatal, dan kemerahan pada kulit manusia.  

Sensasi gatal yang timbul dapat terjadi karena Histamin merangsang ujung saraf di kulit, terutama ujung saraf sensitif yang dikenal sebagai noci-receptors (reseptor nyeri) dan pruriceptors (reseptor gatal). Sensasi gatal yang muncul berfungsi sebagai sinyal bagi tubuh untuk memperhatikan area yang terkena gigitan. Sedangkan Leukotrien dan prostaglandin biasanya berkontribusi pada peradangan dan sensasi yang tidak nyaman. 

Penanganan dan Pencegahan Gigitan Nyamuk 

Intensitas reaksi terhadap gigitan nyamuk bisa bervariasi antara individu. Beberapa orang mungkin mengalami reaksi ringan dengan sedikit kemerahan dan gatal, sementara yang lain mungkin mengalami reaksi yang lebih parah dengan pembengkakan signifikan, lepuhan, atau bahkan reaksi alergi sistemik seperti anafilaksis yang ditujukkan dengan penurunan tekanan darah dan gejala kesulitan bernafas. 

Untuk mengurangi gejala gatal dan pembengkakan, dapat digunakan antihistamin, kompres dingin, dan krim kortikosteroid. Krim  yang mengandung antihistamin, seperti diphenhydramine, dapat diterapkan langsung pada area gigitan untuk mengurangi rasa gatal dan pembengkakan. Selain itu, antihistamin berbentuk tablet, seperti cetirizine atau loratadine, juga dapat digunakan. Pengaplikasian kompres dingin atau es ke area gigitan dapat membantu mengurangi pembengkakan dan rasa gatal karena menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) yang mengurangi aliran darah ke area yang terkena gigitan.  Krim atau salep yang mengandung kortikosteroid, seperti hidrokortison, dapat diterapkan pada area gigitan untuk mengurangi peradangan dan gatal. Kortikosteroid bekerja dengan mengurangi aktivitas sistem kekebalan lokal, sehingga mengurangi peradangan dan reaksi alergi. 

Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mengurangi risiko paparan dan infeksi.

Penggunaan repellent merupakan langkah utama, dengan produk yang mengandung bahan aktif seperti DEET (N,N-Dietil-m-toluamid) dan minyak esensial dari tumbuhan telah terbukti mencegah nyamuk untuk mendekat.

Pemilihan pakaian yang tertutup sehari-hari akan membantu mengurangi eksposur kulit, sehingga mengurangi risiko gigitan  

Pemasangan kelambu yang diberi perlakuan insektisida di sekitar tempat tidur atau area tempat tinggal dapat mencegah nyamuk masuk saat tidur, misalnya Insecticide Treated Nets (ITN) yang beri perlakuan insektisida permethrin.  

Pengendalian tempat berkembang biak nyamuk juga penting, yaitu dengan membersihkan dan menguras wadah-wadah yang menampung air seperti pot tanaman dan ember, serta menutup wadah penampungan air atau menggunakan larvasida untuk mengontrol populasi larva nyamuk.

Penggunaan penghalang tambahan seperti pagar nyamuk di jendela dan pintu, serta pemanas ruangan dan dehumidifier, dapat membantu mengurangi kelembaban dan membuat lingkungan kurang ideal bagi nyamuk.

Dengan kombinasi langkah-langkah pencegahan dan pengobatan tersebut, risiko gigitan nyamuk, reaksi alergi, dan potensi infeksi dapat diminimalkan secara efektif.

Demikian informasi terkait Nyamuk dan Dampaknya pada Kulit Manusia. Semoga bermanfaat, ya!

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.

Author: Rahmidevi Alfiani

REFERENSI

Bottu, A., & Acharya, Y. (2018). Mosquitoes and Malaria: A Centuries Old Saga of Friendship through Thick and Thin. J Environ Sci2(2), 70-76.

Cleveland

Goodman, L.,(2020). How Mosquitoes Find Humans to Bite. Diakses https://www.brandeis.edu/now/2020/february/mosquitoes-heat-garrity.html pada 19 Juli 2024.

Johnson, K. A. (2012). Mosquito Bites and Bee Stings.

Land, M. F. (2009). Eyes and vision. In Encyclopedia of insects (pp. 345-355). Academic Press.

Marín-López, A., Raduwan, H., Chen, T. Y., Utrilla-Trigo, S., Wolfhard, D. P., & Fikrig, E. (2023). Mosquito salivary proteins and arbovirus infection: from viral enhancers to potential targets for vaccines. Pathogens12(3), 371.

Martin-Martin, I., Leon, P. C. V., Amo, L., Shrivastava, G., Iniguez, E., Aryan, A., ... & Calvo, E. (2022). Aedes aegypti sialokinin facilitates mosquito blood feeding and modulates host immunity and vascular biology. Cell reports39(2).

Vander Does, A., Labib, A., & Yosipovitch, G. (2022). Update on mosquito bite reaction: Itch and hypersensitivity, pathophysiology, prevention, and treatment. Frontiers in immunology13, 1024559.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA