Pohon mangga dapat ditemukan tumbuh di Indonesia, seperti halnya di negara tropis lainnya. Mangga di Indonesia secara umum memiliki kulit berwarna hijau atau kuning, dengan bagian dalam yang berwarna putih atau kuning-oranye. Kebanyakan orang menganggap varietas dengan daging buah berwarna kuning-oranye ini manis, mengandung banyak air, dan enak. Produksi mangga di Indonesia sekitar 2,86 juta metrik ton per tahun 2021. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil utama mangga di dunia. Musim mangga dimulai dari bulan Juni - Desember, dengan sebagian besar panen terjadi pada bulan September. Meskipun demikian, serangan hama masih terus menjadi kendala utama bagi produksi kultivar mangga dalam mencapai potensi optimalnya. Salah satu hama penting yang menyerang tanaman ini adalah kumbang Alcidodes affaber.
Gambar 1. Kumbang Alcidodes sp.
(Sumber: https://www.singaporegeographic.com/insects/beetle/alcidodes-sp-weevils)
IDENTIFIKASI
Kumbang ini muncul dari bulan Agustus hingga November baik pada siang hari maupun pada malam hari. Kumbang yang baru emerge akan berwarna coklat kemerahan(muda) tanpa adanya dimorfisme antara jantan dan betinanya. Kumbang ini akan lambat laun menjadi keras dalam 2 hari. Kumbang dewasa yang baru emerge tidak menunjukkan aktivitas makan selama 5-8 hari (Sharma, 2012).
SIKLUS HIDUP
Kumbang Alcidodes affaber merupakan salah satu hewan yang mengalami metamorfosis sempurna atau holometabola. Tahapan hidup hewan ini meliputi telur, larva, pupa dan imago.
TELUR
Kumbang betina akan melubangi tanaman inang menggunakan mandibel (rostrum) serta akan bertelur satu per satu melalui ovipositornya. Periode praoviposisi A. affaber berlangsung sekitar 5-9 hari (rata-rata 6,5±1,90 hari) dan maksimal periode oviposisi terjadi sekitar 16 hari. Satu kumbang betina mampu menghasilkan 25 telur dengan kecepatan 1-3 telur per hari (Sharma et al., 2012). Kumbang ini seringkali membuat tiga lubang yang berdekatan, akan tetapi hanya lubang yang tengah yang berisi telur (Sharma et al., 2012). Selain itu, fekunditas imago betina bergantung pada kualitas makanan (Kalsoven, 1981).
LARVA
Larva kumbang Alcidodes berwarna putih dan memiliki panjang 9-10 mm, dengan bentuk badan memanjang tanpa tungkai. Setelah menetas, larva akan memakan jaringan tanaman di sekitar lubang tempat telur diletakkan. Periode larva A. affaber bervariasi antara 48-62 hari dengan rata-rata 55,04±5,21 hari (Sharma et al., 2012). Alcidodes sp. yang ditemukan menyerang mangga memiliki kapsul kepala berwarna cokelat muda dengan tipe mulut menggigit/mengunyah dilengkapi dengan 10 segmen. Larva tetap berada di batang mangga, tetapi akan menuju ke bagian batang yang lebih besar, dan akhirnya mengalami pupasi. (Sharma et al., 2012) mendeskripsikan perbedaan tiap instar berdasarkan ukuran tubuh dan kapsul kepala kumbang. Larva berkembang sepenuhnya hanya pada tunas terminal pada pembibitan dan tidak berkembang pada cabang kecil (Kalsoven 1981).
PUPA
Pada fase pupa, tidak ada aktivitas makan. Tubuh seragga dibungkus kokon. Sharma et al. (2012) menyebutkan periode pupa berlangsung sekitar 10-14 hari dengan rata-rata 12,15±1,69 hari.
IMAGO
Imago muncul dari lubang batang yang telah dibuat berbentuk bundar pada bagian yang diserang. Kumbang dewasa berukuran 1,0-1,3 cm. Kumbang yang baru muncul memiliki warna coklat kemerahan serta memiliki permukaan lunak yang kemudian berubah menjadi keras dan berwarna cokelat muda. Tubuh imago memanjang dengan moncong panjang dan menonjol. Elitra berwarna cokelat muda dengan garis-garis pucat dan tanda gelap. Tipe antena Alcidodes sp. muncul di kedua sisi dalam alur di tengah moncong. Imago kumbang ini memiliki mandibula yang kuat (Huda et al. 2019; Manivannan et al., 2010). Waktu yang dibutuhkan oleh imago yang baru terbentuk hingga menjadi dewasa yang siap kopulasi dan meletakkan telur (mature) sangat pendek yaitu sekitar lima hari, apabila tersedia tunas muda, sedangkan pada tanaman yang tidak terdapat atau sedikit tunas muda, perkembangannya lebih lama.
KERUSAKAN
Tahapan hidup Alcidodes sp. yang merusak tanaman adalah larva dan imago. Populasi serangga ini akan bergantung pada ketersediaan tunas muda. Pembibitan tanaman paling rentan terhadap serangan hama ini. Serangan dapat terjadi berulang-ulang pada saat pembibitan tunas muda. Hal tersebut menyebabkan tanaman menjadi kering (broom-like). Oleh karena itu, pembibitan yang dilakukan sering gagal (Kalshoven 1981).
Larva hidup dan memakan jaringan di dalam batang tanaman dan menimbulkan puru. Semakin besar larva, puru yang terbentuk semakin besar dan terlihat. Puru merupakan sel yang berkembang pada suatu bagian tumbuhan, menyebabkan pembengkakan eksternal atau modifikasi tumbuhan akibat adanya organisme parasit (Mani 1964).
PENGENDALIAN SECARA FISIK DAN MEKANIK
Pengendalian secara fisik/mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan imago (Lin, 1958). Couturier dan Perrin (1982) merekomendasikan pengendalian secara mekanis dengan melakukan koleksi manual dan merusak telur yang terletak pada batang sebelum puru terbentuk pada tanaman. Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara memotong bagian tunas atau batang yang diserang kemudian menghancurkannya.
PENGENDALIAN SECARA BIOLOGI
Pareuderus torymoides Ferr. (Hymenoptera: Eulophidae) mampu memarasit telur Alcidodes sp. sampai 90% (Kalshoven 1981). Spesies A. affaber mempunyai dua parasitoid, yaitu Aphrastobracon alcidophagous (Hymenoptera: Braconidae) dan Xoridescopus sp. (Hymenoptera: Ichneumonidae) (Sharma et al., 2012). Selain menggunakan parasitoid, predator juga dapat digunakan untuk mengurangi populasi kumbang ini. Predator bersifat umum, yang berarti seekor predator mampu memangsa beberapa jenis spesies. Beberapa organisme yang diketahui sebagai predator Ordo Curculionidae, antara lain burung terucuk (Pycnonotus cafer) dan walet (Collocalia fuciphaga); semut, antara lain Odontoponera denticulate dan O. transversa (Formicidae); cecopet Chelisoches morio (Chelisochidae); kepik Velinus nigrigenu (Reduviidae); dan tawon Vespa affinis dan V. Bellicose (Vespidae) (Erniwati dan Kahono 2012).
PENGENDALIAN SECARA KIMIA
Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan tanaman sebagai pestisida nabati dan insektisida sintetik sebagai pilihan terakhir. Pengendalian dengan insektisida nabati dapat meniru pengendalian serangga-serangga Ordo Curculionidae secara umum. Beberapa pengendalian serangga dari Ordo Curculionidae menggunakan insektisida nabati, antara lain mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan mindi (Melia azedarach L.). Pengendalian kimia menggunakan insektisida sintetik juga dilakukan sebagai pengendalian terakhir jika pengendalian lain sudah tidak mampu digunakan. Insetisida sintetik yang dapat digunakan, yaitu profenofos 50EC 2 mL/L+ diklorfos 76 EC 0,5 mL/L, diketahui mampu mengurangi serangan A. affaber. Endosulfan dengan konsentrasi 0,01% juga dapat diaplikasikan dengan interval penyemprotan tiga kali per minggu serta penggunaan deltametrin dan cypermetrin yang bersifat knockdown (Senthilkumar dan Barthakur, 2009).
REFERENSI
Couturier, G dan Perrin. 1982. H. Brevirostris Simus chevrsubsp. (Col: urculionidae) aneoptera C important pest of okra in the Tai area of the Ivory Coast. Agron Trop .omie icale 37(2): 195-202.doi: 10.20546/ijcmas. 2017.609.423
Kalshoven L G E. 1981. The Pests of Crops, in Indonesia (Revised and Translated by van der Laan PA). PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. p 518-520
Lin, P. 1958. A study of the large sweet potato weevil, sp. (Coleoptera:Alcides) in China. Acta Ocologica Sinica. 1: 83-95.
Senthilkumar, N. dan N.D. Brthakur. 2009. Alcidodes ludificator Faust.; a serious insect pest of nursery and young plantation of Gmelina arborea (Roxb.) in northeastern India. Current Botanica. 2(4): 493-494.
Sharma,S., J.S. Tara, R. Kour, dan V.V. Ramamurthy. 2012. Bionomics of Alcidodes affaber Aurivillius (Coleoptera: Curculionidae: Alcidodinae), a serious pest of Bhendi, Abelmoschus esculentus (L.) Moench. Munis Entomology and Zoology Jaournal. 7(1): 259-266.
Singh, S. 2005. Description of a new species of Euderus (Hymenoptera: Chalcidoidea: Eulophidae), an egg parasitoid ofAlcidodes ludificator (Coleoptera: Curculionidae) a pest of Gmelina arborea. Entomon. 30: 321-326.