Lalat Wajah – Bagian 1

Lalat Wajah – Bagian 1
13
Selasa, 13 Februari 2024

 

Morfologi

Lalat wajah dewasa memiliki panjang 6-10 mm, dengan toraks abu-abu yang ditandai dengan empat garis hitam memanjang. Kedua jenis kelamin memiliki vena sayap yang melengkung tajam dan bagian mulut penyerap yang terangkat saat sedang dalam kondisi istirahat. Mata majemuk pada jantan bertemu di vertex. Abdomen mereka berwarna kuning di sisi-sisinya, dimulai dari segmen kedua, dengan garis hitam di tengah. Mata lalat wajah betina memiliki vertex yang lebih lebar, dan perut mereka berwarna abu-abu-hitam bercorak di seluruh bagian, kecuali bagian pertama abdominal tergite, yang memiliki bercak kuning di tepi lateroventralnya.

Gambar 1 Lalat wajah betina (kiri) dan jantan (kanan)

Siklus Hidup

Lalat wajah mengalami metamorfosis sempurna dengan tahap larva dan dewasa yang aktif serta tahap telur dan pupa yang inaktif. Betina kawin sekali seumur hidup dan telur yang sudah dibuahi diletakkan di celah-celah dan retakan kotoran sapi yang masih segar (0-1 hari) dalam kelompok telur yang berisi sebanyak 7-36 telur (Teskey 1969).

Gambar 2 Telur lalat wajah (kiri) dengan stalk respiratori berwarna cokelat yang masuk kedalam permukaan kotoran. Instar pertama (kanan) tengah menggali bagian kotoran

Betina yang sedang gravid akan menghindari kotoran-kotoran yang lebih tua serta bercampur dengan debris-debris lain dari lingkungan sekitar peternakan. Lalat wajah biasanya meletakkan telur mereka hampir secara eksklusif di dalam kotoran sapi. Namun, terkadang, mereka juga dapat menggunakan substrat lain, seperti kotoran kuda, babi, dan manusia. Meskipun demikian, substrat-substrat terakhir ini tidak cocok untuk perkembangan larva lalat wajah. Dengan kata lain, meskipun lalat wajah dapat menaruh telur di berbagai jenis kotoran, hanya kotoran sapi yang cocok sebagai lingkungan yang baik untuk tahap perkembangan larva mereka. Kotoran lainnya, seperti kuda, babi, dan manusia, tidak memberikan kondisi yang sesuai atau mendukung untuk perkembangan larva lalat wajah (Teskey 1969).

Larva akan masuk ke dalam kotoran yang lembab dan kemudian makan dengan menyaring bakteri, ragi, dan partikel organik kecil dari cairan kotoran. Saat matang, larva akan berwarna kuning terang seperti kuning lemon. Mereka menyebar dari kotoran tempat mereka lahir, meresap ke dalam tanah sekitarnya, dan akhirnya memasuki tahap pupa di dalam puparia yang nantinya akan terkalsifikasi dan berubah menjadi putih seiring bertambahnya usia (Burt et al. 1992).

Gambar  3 Kiri ke kanan : instar ketiga berwarna kuning terang (6-10 mm), pre-pupa kuning, dan puparium yang terkalsifikasi yang didalamnya mengandung pupa

Lalat jantan muncul satu hingga dua hari sebelum lalat betina. Keduanya, baik jantan maupun betina, memakan nektar tumbuhan dan kotoran. Namun, lalat betina lebih dominan dalam memakan air mata, lendir, air liur, cairan ketuban, cairan vagina, susu, dan darah, terutama pada ternak seperti sapi dan kuda (Teskey 1969).

Gambar 4 Lalat wajah yang tengah mencari makan di area mata dan sekresi wajah dari kuda, sapi, dan anak sapi

 

Lalat Wajah vs Lalat Rumah

Lalat wajah dapat disalahpahami dengan lalat rumah, yang merupakan satu-satunya spesies Musca lainnya karena tampilannya yang hampir mirip satu sama lain. Vockeroth (1953) memberikan kunci untuk membedakan antara lalat jantan dan betina dari kedua spesies tersebut. Secara singkat, lalat rumah dewasa memiliki seta halus pada propleuron, tepat di depan spirakel prothoracic. Larva lalat rumah berbentuk cacing, berwarna putih krim, dan tidak muncul dalam kotoran sapi yang berusia kurang dari 3 hari. Pupa lalat rumah bervariasi dari warna amber hingga merah tua seiring pertumbuhannya.

Perkembangan Lalat Wajah

Waktu perkembangan bervariasi dengan suhu, kelembaban, dan ketersediaan makanan. Total waktu perkembangan dari telur hingga dewasa adalah 192 derajat hari di atas 10,2°C, dan waktu dari muncul hingga oviposisi pertama membutuhkan tambahan 70 derajat hari di atas 11,8°C (Moon 1986). Derajat hari adalah akumulasi perbedaan antara suhu harian rata-rata dan suhu ambang batas tertentu (biasanya suhu pengembangan minimum) selama periode waktu tertentu.

Egg-to-egg dapat memakan waktu hingga 62 hari pada suhu 15°C, dan secepat 11 hari pada suhu 35°C, meskipun semua tahap hidup akan menghentikan perkembangan jika suhu berada di bawah ambang batas suhu perkembangan (11,8°C). Bergantung pada cuaca, jumlah generasi per tahun dapat bervariasi dari 3 hingga 4 di lintang utara hingga sebanyak 12 di rentang selatan mereka. Kematian yang signifikan pada lalat wajah umumnya terjadi pada tahap immature, yakni sebelum mereka mencapai tahap dewasa.

Larva biasanya akan mati akibat suhu panas, cuaca kering, predator yang memakan telur atau larva, dan persaingan dengan serangga lain yang memakan kotoran (Valiela 1969). Diketahui, kematian larva akan lebih tinggi di tempat kotoran yang sudah sangat kering (Bay et al. 1969) atau kotoran sapi yang diberi makan biji-bijian (Grodowitz et al. 1987). Rata-rata lalat wajah betina hidup 11 hari sebagai dewasa, dan dapat menyelesaikan 2–3 siklus gonotrofik (Krafsur dan Moon 1997). 

Diapause

Pada akhir musim panas dan awal musim gugur, lalat wajah yang baru mengalami eclosion  akan muncul dan mengalami diapause dengan meningkatkan lemak tubuh dan menghentikan perkembangan mereka. Diapause fakultatif ini terjadi ketika mereka mengalami suhu dingin dan fotoperiode yang lebih pendek sejak mereka masih larva dan pupa (Fowler et al. 2015). Individu dewasa yang sedang mengalami diapause tidak tertarik pada hewan-hewan inang; sebaliknya, mereka hanya memakan bunga dan sumber gula tambahan lainnya (Teskey 1969). Selama dimulainya diapause, lalat betina dan jantan akan berkumpul di sisi yang terkena sinar matahari pada struktur alami dan buatan, kemudian masuk ke celah dan retakan di mana mereka akhirnya akan menghabiskan musim dingin disitu.

Lalat dewasa akan mencari tempat perlindungan seperti loteng, rongga pohon, atau bahkan mungkin di bawah tanah, hingga suhu cukup hangat secara konsisten untuk membuat mereka keluar kembali pada musim semi (Krafsur dan Moon 1997). Pada musim semi, individu yang selamat akan muncul dan kawin, betina mencari dan memakan sumber dari inang, dan akhirnya meletakkan telur untuk memulai populasi di musim berikutnya. Lalat yang mengalami diapause dapat bertahan pada fluktuasi suhu antara −8 hingga 8°C selama berbulan-bulan, berbeda dengan lalat yang tidak mengalami diapause yang hanya bertahan selama beberapa minggu. Selain itu, lalat yang mengalami diapause dapat bertahan pada suhu di bawah nol derajat Celsius selama beberapa jam, tidak seperti lalat yang tidak mengalami diapause yang hanya bertahan selama beberapa menit (Rosales et al. 1994).

 

REFERENSI

Burt, E., M. V. Darlington, G. Graf, and H. J. Meyer. 1992. Isolation, purification and characterization of an insect carbonic anhydrase. Insect Biochem. Mol. Biol. 22: 285–291.

Fowler, F. E., J. Chirico, B. A. Sandelin, and B. A. Mullens. 2015. Seasonality and Diapause of Musca autumnalis (Diptera: Muscidae) at its Southern Limits in North America, With Observations on Haematobia irritans (Diptera: Muscidae). J. Med. Entomol. 52: 1213–1224.

Grodowitz, M. J., A. B. Broce, and L. H. Harbers. 1987. Characteristics of dung that affect face fly, Musca autumnalis (Diptera: Muscidae), larva survival and puparial mineralization. Environ. Entomol. 16: 722–730.

Krafsur, E. S., and R. D. Moon. 1997. Bionomics of the face fly, Musca autumnalis. Annu. Rev. Entomol. 42: 503–523.

Moon, R. D. 1986. Structure and validation of FLYPOP: a simulation model of face fly populations, pp. 18–27. In J. A. Miller (ed.), Model. Simul. Tools Manag. Vet. Pests. USDA Publ. ARS-46, Washington, DC.

Rosales, A. L., E. S. Krafsur, and Y. Kim. 1994. Cryobiology of the face fly and house fly (Diptera: Muscidae). J. Med. Entomol. 31: 671–680.

Teskey, H. J. 1969. On the behavior and ecology of the face fly, Musca autumnalis (Diptera: Muscidae). Can. Entomol. 101: 561–576

Valiela, I. 1969. An experimental study of the mortality factors of larval Musca autumnalis De Geer. Ecol. Monogr. 39: 199–225.

 

Vockeroth, J. R. 1953. Musca autumnalis Deg. in North America (Diptera: Muscidae). Can. Entomol. 85: 422–423.

 

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA