Ada banyak jenis lalat di dunia ini. Salah satunya adalah lalat hijau. Hampir semua orang merasa jijik jika mendapati lalat hijau berada di sekitarnya, terutama jika hewan ini hendak hinggap di makanan. Ukurannya yang sedikit lebih besar dari lalat rumah biasa serta warna hijaunya yang mencolok menjadi ciri khas dari hewan ini.
Akan tetapi, selain dianggap sebagai hama yang mengganggu, lalat ini ternyata dapat membantu beberapa orang, khususnya penyelidik forensik. Bagaimana bisa? Mari kita telusuri lebih lanjut.
Penduduk di hampir seluruh dunia mungkin sudah tidak asing lagi dengan lalat hijau, yang dikenal secara ilmiah sebagai Lucilia sericata. Lalat ini memiliki ukuran tubuh sekitar 10 hingga 14 milimeter, sedikit lebih besar dari lalat rumah biasa. Penampilan mereka sangat mencolok dengan kilauan seperti logam berwarna biru-hijau yang berkilauan, membuatnya berbeda dari lalat rumah biasa.
Lalat hijau ini memiliki lapisan rambut hitam pendek (setae) yang tersebar jarang, serta tiga alur melintang yang terlihat jelas di bagian toraks. Sayap mereka berwarna bening jernih dengan urat coklat muda yang halus, sementara kaki dan antenanya berwarna hitam mengkilap.
Di wilayah subtropis, lalat hijau biasanya muncul bersamaan dengan kedatangan musim semi. Serangga ini umumnya menyukai lingkungan yang hangat dan lembap. Namun, mereka juga bisa berkembang biak dengan baik di wilayah yang kering dan gersang.
Siklus hidup Lucilia sericata mengikuti pola khas holometabolis yang diamati pada lalat di dalam keluarga Calliphoridae. Lalat betina pertama akan meletakkan telurnya, lalu telur ini akan berkembang melalui beberapa tahap, yakni larva, pupa, hingga dewasa.
Berbeda dengan lalat rumah biasa, lalat hijau lebih memilih meletakkan telurnya di bangkai. Penetasan telur memakan waktu yang bervariasi antara sembilan jam hingga tiga hari, bergantung pada suhu lingkungan sekitar. Suhu yang lebih hangat mengakibatkan penetasan yang lebih cepat, sementara cuaca yang lebih sejuk memperpanjang periode inkubasi.
Lucilia sericata juga terkenal karena kapasitas reproduksinya yang luar biasa. Seekor lalat betina biasanya meletakkan antara 150 hingga 200 telur per satu kali kelompok telur dan bisa menghasilkan sekitar 2.000 hingga 3.000 telur selama seumur hidupnya.
Telur-telur ini kemudian menjadi larva berbentuk kerucut panjang berwarna kuning pucat atau keabu-abuan, yang merupakan karakteristik umum di kalangan lalat blow fly. Ukuran larvanya sedang, biasanya berkisar antara 10 hingga 14 milimeter panjangnya.
Larva Lucilia sericata memiliki preferensi makanan yang cukup unik dan eksklusif - mereka hanya menyantap bahan organik yang sudah mati. Larva-larva ini umumnya dapat menetas langsung pada bangkai, memungkinkan mereka untuk mengonsumsi bangkai tempat mereka lahir hingga mereka siap untuk membentuk pupa. Proses ini merupakan bagian dari dekomposisi.
Ketika larva ini menjadi lalat dewasa, pilihan makanan mereka jadi lebih beragam. Meskipun mereka terus mencari bangkai dan kotoran, mereka juga beralih ke serbuk sari dan nektar, berubah menjadi penyerbuk yang vital dalam habitat asli mereka.
Lalat ini dapat mencerna serbuk sari dengan bantuan bakteri dalam sistem pencernaan mereka. Keanekaragaman makanan ini menjadi penting, terutama bagi betina gravid (betina yang akan bertelur) yang membutuhkan asupan protein yang substansial ketika bangkai tidak tersedia dengan mudah.
Kelangsungan hidup larva L.Sericata bergantung pada pembentukan kelompok. Betina gravid menunjukkan perilaku berkumpul saat akan melakukan ovoposisi, yang mengarah pada pembentukan kelompok besar larva.
Struktur kelompok ini memberikan beberapa keuntungan, termasuk perkembangan yang lebih cepat dan penurunan predasi. Kelompok larva ini memiliki kemampuan untuk mengatur suhu mereka dengan gerakan konstan dan pergantian posisi di dalam massa.
Selain itu, kemampuan pencernaan mereka ditingkatkan di dalam kelompok ini, karena setiap larva mengeluarkan enzim pencernaan yang melarutkan daging di sekitarnya, memastikan akses mudah ke sumber makanan. Upaya kolaboratif ini menghasilkan perkembangan yang lebih cepat dan peluang bertahan hidup yang lebih tinggi, menekankan pada adaptabilitas, dan efisiensi yang tinggi.
Peran Lalat Hijau di Dunia Forensik
Lalat hijau mengambil salah satu peran sentral dalam ranah entomologi forensik. Keberadaan lalat ini dapat membantu perhitungan interval post-mortem minimum (PMI), informasi kunci yang digunakan untuk menentukan waktu kematian.
Dengan mengamati tahap perkembangan lalat ini pada mayat secara cermat, ahli forensik dapat membuat perkiraan berdasarkan pengetahuan tentang kapan tepatnya individu tersebut mengalami kematian.
Namun, peran signifikan L. sericata tidak hanya berhenti di situ saja. Kehadiran atau ketidakhadiran mereka juga dapat memberikan petunjuk penting tentang kondisi seputar mayat. Ketika serangga ini mengalami siklus hidup mereka secara baik, hal ini mengindikasikan kondisi mayat yang tidak terganggu. Namun, ketidakhadiran lalat ini dari tubuh yang sedang membusuk dapat menunjukkan adanya potensi campur tangan post-mortem pada tubuh mayat.
Lalat hijau menjadi salah satu spesies yang dipilih untuk memberikan perkiraan kasar waktu kematian mayat karena dikethaui L. sericata merupakan salah satu serangga awal yang mengkolonisasi tubuh mayat. Untuk mencapai presisi dalam memperkirakan waktu kematian, para ahli forensik umumnya secara cermat memonitor perkembangan lalat dengan mengukur panjang dan berat larva pada berbagai tahap pertumbuhan di tempat kejadian perkara.
Dalam hal ini, pengaruh lingkungan juga turut dipertimbangkan. Salah satunya adalah temperature lingkungan sekitar TKP. Suhu memainkan peran penting, memengaruhi waktu perkembangan larva secara signifikan.
Demikian informasi tentang lalat hijau dan perannya dalam dunia forensik. Semoga bermanfaat, ya!
Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.
Di sini menyediakan berbagai jenis layanan training mencakup:
Selain itu, adapun konsultan manajemen dan sertifikasi bebas hama untuk penilaian keberadaan hama.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
Author : AS Zuhri
REFERENSI
Aubernon, Cindy; Hedouin, Valery; Charabidze, Damien (2018-12-08). "The maggot, the ethologist and the forensic entomologist: Sociality and thermoregulation in necrophagous larvae". Journal of Advanced Research. 16: 67–73.
Baz, Arturo; Cifrián, Blanca; Díaz-äranda, Luisa María; Martín-Vega, Daniel (2007-01-01). "The distribution of adult blow-flies (Diptera: Calliphoridae) along an altitudinal gradient in Central Spain". Annales de la Société Entomologique de France. New Series. 43 (3): 289–296.
Brodie BS, Smith MA, Lawrence J, Gries G (2015-12-30). "Effects of Floral Scent, Color and Pollen on Foraging Decisions and Oocyte Development of Common Green Bottle Flies". PLOS ONE. 10 (12)
Hans, Krystal Rae; LeBouthillier, R; VanLaerhoven, S L (2019-02-25). "Effect of Temperature on Oviposition Behavior and Egg Load of Blow Flies (Diptera: Calliphoridae)". Journal of Medical Entomology. 56 (2): 441–447.
Nasoori, A.; Hoomand, R. (December 2017). "Maggot debridement therapy for an electrical burn injury with instructions for the use of Lucilia sericata larvae". Journal of Wound Care. 26 (12): 734–41.
Tarone AM, Foran DR (July 2008). "Generalized additive models and Lucilia sericata growth: assessing confidence intervals and error rates in forensic entomology". Journal of Forensic Sciences. 53 (4): 942–8.
Williams, Kirstin; Villet, Martin (25 June 2014). "Morphological identification of Lucilia sericata, Lucilia cuprina and their hybrids (Diptera, Calliphoridae)". ZooKeys (420): 69–85.