Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) merupakan jenis lalat buah dari famili Tephritidae, family lain dari lalat buah selain Drosophilidae yang sering disebut kelompok lalat buah umum. Lalat ini biasa ditemukan di wilayah Asia tenggara, Asia timur hingga asia selatan, dan menjadi hama utama dalam perdagangan buah di wilayah tersebut, hewan ini memakan jaringan tumbuhan khususnya buah dan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas pada hasil panen (Manrakhan, 2020).
Di Indonesia lalat ini dilaporkan mampu menyerang komoditas hortikultura seperti cabai rawit, cabai besar, cabai keriting, tomat, belimbing dan jambu biji (Bay et al. 2021). Akibat perdagangan global, spesies ini juga bisa ditemukan di wilayah Pasifik dan Amerika Serikat dengan setidaknya pada 65 negara. Pada tahun 2002 di California, US, serangga ini menyebabkan kerugian sekitar 44 hingga 176 juta USD meliputi gagal panen hingga penggunaan pestisida tambahan, sedangkan di Hawaii juga terjadi kerugian hingga 3 juta USD (Manrakhan, 2020).
Gambar 1. B. dorsalis (CABI)
B. dorsalis termasuk serangga holometabola dengan metamorfosis sempurna, dalam setahun lalat ini dapat menghasilkan hingga 8-10 generasi bergantung pada kondisi mikroklimat pada wilayah tersebut. Serangga dewasa menghasilkan 100-200 butir dan meletakkannya pada buah dengan menusuk kulit buah menggunakan ovipositornya. Telurnya berukuran 0,8 mm berwarna putih hingga putih-kekuningan (Pracaya, 1999; Jaffar et al. 2023).
Telur menetas menjadi larva dan berkembang selama hingga 2 minggu di dalam buah. Setelah itu larva yang akan menjadi pupa keluar dari buah, jatuh ke dalam tanah dan membuat terowongan dan menjadi pupa di dalamnya. Fase pupa berjalan selama 7-8 hari, kemudian menjadi hewan dewasa dan dapat hidup hingga 3 bulan apabila berada di dalam lingkungan yang sesuai (Pracaya, 1999).
Gambar 2. Siklus hidup B. dorsalis (Jaffar et al. 2023)
Metode pengendalian yang dilakukan cukup beragam. Penggunaan pestisida sintetik seperti β-cypermethrin digunakan namun sudah banyak kelompok yang rentan terhadap pestisida tersebut (Wu et al. 2022). hal ini terjadi karena B. dorsalis memiliki simbiosis dengan mikroba yang hidup dalam sistem pencernaanya (gut symbiont) dan membuatnya lebih resisten terhadap pestisida sintetik (Jaffar et al. 2023).
Metode lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan teknik perangkap yang menarik hewan dewasa sehingga mengurangi kemungkinan adanya reproduksi di alam. Perangkap yang digunakan biasanya menggunakan pheromone atau perangkap makanan. Perangkap pheromon sintetik seperti Methyl eugenol (ME) dikembangkan untuk mengontrol populasi hewan ini. ME dibuat dengan meniru senyawa yang dihasilkan pada tanaman melon dan lalat buah itu sendiri, jenis pheromon ini biasanya lebih banyak menarik hewan jantan (Jaffar et al. 2023).
Selain penggunaan perangkap penggunaan parasitoid pada kelompok hymenoptera juga digunakan. tawon pada kelompok tersebut biasanya akan bertelur pada telur atau pupa inangnya dan memakannya hingga terjadi kematian. Fopius arisanus terbukti efektif dalam menjadi parasit bagi telur lalat buah ini dan mengurangi populasinya. F. arisanus juga merupakan hewan generalist yang dapat beradaptasi pada lingkungan dengan iklim tropis dan subtropis dan tersebar di Asia, Afrika hingga wilayah pasifik (Jaffar et al. 2023).
Selain parasitoid dari serangga, penggunaan parasitoid lain juga sudah dilakukan seperti Baculovirus NPV, hingga Jamur entomopatogen B. bassiana, untuk mengurangi populasi dari B. dorsalis. Teknik pengendalian lain seperti Sterilisasi serangga jantan, teknik molekuler pada Transient Receptor Potential (TRP) channels dan RNA interference, hingga CRISPR-Cas9 juga dilakukan akibat tingginya resistensi serangga ini terhadap pestisida sintetik (Jaffar et al. 2023).
REFERENSI
Bay, M. M., & Pakaenoni, G. (2021). Potensi Serangan Hama Lalat Buah Bactrocera sp (Diptera: Tephritidae) Pada Beberapa Komoditas Hortikultura di Pasar Rakyat Kota Kefamenanu. Savana Cendana, 6(01), 1-3.
Jaffar, S., Rizvi, S. A. H., & Lu, Y. (2023). Understanding the Invasion, Ecological Adaptations, and Management Strategies of Bactrocera dorsalis in China: A Review. Horticulturae, 9(9), 1004. MDPI AG. Retrieved from http://dx.doi.org/10.3390/horticulturae9091004
Manrakhan, A. (2020) Bactrocera dorsalis (Oriental fruit fly). CABI compendium. https://doi.org/10.1079/cabicompendium.1768
Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman. Hlmn: 275-274. ISBN 979-489-098-7. Bogor: Niaga Swadaya
Wu, S. X., Chen, Y., Lei, Q., Peng, Y. Y., & Jiang, H. B. (2022). Sublethal Dose of β-Cypermethrin Impairs the Olfaction of Bactrocera dorsalis by Suppressing the Expression of Chemosensory Genes. Insects, 13(8), 721. https://doi.org/10.3390/insects13080721