Spesies kumbang yang satu ini sering sekali ditemukan di persediaan beras ataupun tepung yang umum menjadi bahan makanan pokok banyak orang. Keberadaan kumbang ini justru menyebabkan kualitas dari beras atau tepung yang mereka tempati menjadi menurun. Mari kita mengenal lebih lanjut tentang kumbang ini.
Siklus Hidup dan Morfologi
Kumbang tepung merah (Tribolium castaneum) merupkan kumbang yang tergolong dalam famili Tenebrionidae. Kumbang ini sering menyerang produk makanan pokok seperti tepung, sereal, kacang, dan produk makanan biji-bijian lainnya. Selain itu, kumbang ini juga dapat menyerang kerupuk, bumbu, makanan hewan kering, bunga kering, cokelat, hingga spesimen museum yang dikeringkan.
Kumbang ini memiliki tipe mulut pengunyah dan tidak memiliki sengat ataupun bagian yang dapat digunakan untuk menggigit kulit. Keberadaan kumbang ini mungkin dapat merangsang respons alergi, namun diketahui kumbang ini tidak memiliki kemampuan sebagai vektor penyakit dan juga tidak menyebabkan kerusakan pada struktur rumah ataupun furnitur.
Kumbang tepung merah mengalami siklus hidup holometabola atau mengalami metamorfosis sempurna yang meliputi telur-larva-pupa-dewasa.
Gambar 1. Siklus hidup kumbang tepung merah
Telurnya berwarna putih dan mikroskopis. Seringkali, permukaan telur ini memiliki serpihan tepung yang menempel di permukaannya. Larvanya ramping berwarna kuning krim hingga cokelat muda. Larva ini berwarna gelap pada kedua bagian ujungnya. Sementara itu, pupa kumbang ini memiliki warna putih hingga kekuningan pucat.
Gambar 2. Larva (kiri) dan pupa (kanan) kumbang tepung merah
Di fase dewasa, kumbang akan berwarna merah kecokelatan dan antenanya memiliki tiga segmen. Panjang tubuhnya tergolong kecil, hanya sekitar 0.3 cm. Matanya berlekuk, kepalanya dapat terlihat utuh jika dilihat dari atas, dan bagian tarsalnya memiliki rumus 5-5-4. Kumbang tepung merah dapat terbang, terutama jika kondisi lingkungan sekitar tampak seperti akan mengalami badai.
Kumbang ini dapat berkembang biak sepanjang tahun pada area yang hangat. Siklus hidupnya mencakup 40-90 hari, dan kumbang dewasa dapat hidup hingga tiga tahun lamanya. Seluruh fase kehidupan dari siklus hidup kumbang tepung merah dapat ditemukan menginfestasi produk-produk pangan dalam satu waktu secara bersamaan.
Persebaran Habitat dan Preferensi Makanan
Asal-usul kumbang ini bermula dari wilayah Indo-Australian dan dapat ditemukan di wilayah temperata. Saat musim dingin, kumbang ini dapat sintas pada tempat-tempat yang terlindungi, terutama jika tempat itu mempunyai panas yang cukup.
Kumbang dewasa memiliki ketertarikan terhadap sumber cahaya, namun jika diganggu, mereka akan segera berlindung. Tidak hanya produk pangan biji-bijian, kumbang ini juga dapat ditemukan di celah atau retakan yang berisi tumpahan biji-bijian.
Mereka tertarik pada biji-bijian dengan kadar air yang tinggi dan dapat menyebabkan warna abu-abu pada biji-bijian yang dihinggapinya. Kumbang ini biasanya mengeluarkan bau yang tidak sedap, dan kehadirannya dapat mendorong pertumbuhan jamur pada produk pangan biji-bijian.
Dampak dan Manajemen Pengendalian
Langkah pertama dalam mengatasi infestasi adalah menemukan dan menghilangkan sumber infestasi tersebut. Kumbang dapat makan dan bertahan hidup dari sisa-sisa kecil biji-bijian, jadi pembersihan sangat penting untuk mengendalikan hama ini.
Saat mencari sumber infestasi, pastikan untuk memeriksa semua makanan yang mungkin menjadi sasaran, termasuk makanan kering hewan peliharaan, bunga kering, kacang-kacangan, biji-bijian pakan burung, dan semua produk lainnya.
Cari bungkus yang bocor. Sebagian kecil dari tepung atau biji yang tumpah dari bungkusnya sering kali menjadi sinyal bahwa ada infestasi. Temukan semua bahan yang terinfestasi dan buang dengan memasukkannya ke dalam kantong atau wadah tertutup rapat dan membuangnya ke tempat sampah di luar rumah. Anda juga bisa memasukkan bahan yang terinfestasi ke dalam freezer selama empat hingga lima hari.
Gambar 3. Dampak yang ditimbulkan kumbang tepung merah pada produk tepung
Ingat bahwa kumbang ini juga bisa menginfestasi area selain dapur. Pastikan untuk memeriksa rempah-rempah, makanan hewan peliharaan, dan rangkaian bunga. Perlu diingat juga bahwa beberapa isian di furnitur atau boneka bisa terbuat dari bahan alami yang bisa dimakan kumbang ini. Periksa juga area di mana produk-produk tersebut mungkin tumpah, seperti di bawah lemari es atau kompor. Kumbang ini bisa menemukan makanan dalam jumlah sangat kecil.
Setelah semua bahan yang terinfestasi dibuang, pastikan untuk menyedot debu dan membersihkan area di sekitar infestasi. Jika Anda memiliki kertas rak, sebaiknya lepaskan, bersihkan dengan sabun dan air panas, dan ganti dengan kertas baru. Perhatikan baik-baik celah dan retakan di lemari.
Untuk mencegah infestasi ulang, semua produk biji-bijian harus disimpan dalam wadah dengan penutup rapat atau disimpan di dalam freezer. Pertimbangkan juga dari mana asal infestasi. Kemungkinan Anda bisa mengalami infestasi ulang dengan membeli produk biji-bijian yang terinfestasi dari toko yang sama. Saat berbelanja, perhatikan apakah ada bungkus yang sudah robek. Jika Anda menduga ada infestasi kumbang, jangan beli produknya.
Demikian informasi terkait kumbang tepung merah. Semoga bermanfaat, ya!
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
Author: AS Zuhri
REFERENSI
Alanko K, Tuomi T, Vanhanen M, Pajari-Backas M, Kanerva L, Havu K, Saarinen K, Bruynzeel DP. 2000. Occupational IgE-mediated allergy to Tribolium confusum (confused flour beetle) Allergy 55: 879-882.
Anonymous. 1986. Stored-Grain Insects U.S.D.A. Agricultural Handbook 500.
Arbogast RT, Kendra PE, Mankin RW, McGovern JE. 2000. Monitoring insect pests in retail stores by trapping and spatial analysis. Journal of Economic Entomology 93: 1531-1542.
Bousquet Y. 1990. Beetles associated with stored products in Canada. Canadian Government Publishing Centre, Ottawa 189-192.
Cotton RT. 1950. Insect damage to stored grain and its prevention. Pest Control 18: 8-10.
Granousky TA. 1997. Stored Product Pests. In Handbook of Pest Control, 8th Ed. Hedges SA, Moreland D (editors). Mallis Handbook and Technical Training Company. pp. 635-728.
Hinton HE. 1948. A synopsis of the genus Tribolium Macleay, with some remarks on the evolution of its species-groups (Coleoptera: Tenebrionidae). Bulletin of Entomological Research 39: 13-55.
Koehler PG. (April 2003). Pantry and Stored Food Pests. EDIS. http://edis.ifas.ufl.edu/IG095 (27 May 2003).
Ryan MF, Park T, Mertz DB. 1970. Flour beetles: responses to extracts of their own pupae. Science 170: 178-180.
Smith EH, Whitman RC. 1992. Field Guide to Structural Pests. National Pest Management Association, Dunn Loring, VA.
Tripathi AK, Prajapati V, Aggarwal KK, Kumar S. 2001. Toxicity, feeding deterrence, and effect of activity of 1,8,-Cineole from Artemisia annua on progeny production of Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae). Journal of Economic Entomology 94: 979-983.
Via S. 1999. Cannibalism facilitates the use of a novel environment in the flour beetle, Tribolium castaneum. Heredity 82: 267-275.
Walter VE. 1990. Stored product pests. In Handbook of Pest Control Story K, Moreland D. (editors). Franzak & Foster Co., Cleveland, OH. pp. 526-529.
Weston PA, Rattlingourd PL. 2000. Progeny production by Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) and Oryzaephilus surinamensis (Coleoptera: Silvanidae) on maize previously infested by Sitotroga cerealla (Lepidoptera: Gelechiidae) Journal of Economic Entomology 93: 533-536.
Willis ER, Roth LM. 1950. The attraction of Tribolium castaneum to flour. Journal of Economic Entomology 43: 92