Kumbang yang satu ini dikenal menjadi salah satu musuh besar bagi industri rokok karena seringkali ditemukan menyerang gudang penyimpanan tembakau kering. Kumbang rokok telah menjadi salah satu serangga yang sudah memiliki kaitan dengan manusia sejak zaman Mesir Kuno. Hal ini ditunjukkan dari penemuan spesimen kumbang ini di bagian resin kering dari makam Firaun Tutankhamun. Mari kita mengenal lebih lanjut tentang hama yang satu ini!
Siklus Hidup dan Morfologi
Kumbang rokok dikenal dengan nama ilmiah Lasioderma serricorne. Selain kumbang rokok, kumbang ini juga dikenal dengan sebutan kumbang sigaret, kumbang tembakau, atau kumbang derek.
Kumbang ini memiliki ukuran panjang antara 2-3 mm dan berwarna cokelat. Meskipun ukurannya relatif kecil, kumbang ini memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap industri rokok. Kumbang rokok mengalami fase metamorfosis holometabola atau metamorfosis sempurna. Artinya, kumbang ini mengalami fase-fase siklus hidup meliputi telur, larva, pupa, dan dewasa.
Fase Telur
Telur dari kumbang rokok berwarna putih buram saat pertama kali dikeluarkan, namun warna ini lama-kelamaan akan berubah menjadi kuning menjelang waktu penetasan. Bentuk telurnya membujur dengan panjang sekitar 0.29-0.50 mm dan diamater 0.18-0.25 mm.
Proses perkembangan telur sebelum oviposisi memakan waktu selama 1-5 hari. Saat oviposisi, kumbang betina akan bertelur sebanyak 10-100 telur pada malam hari di atas material makanan kering. Jumlah telur dapat dipengaruhi oleh tipe substrat tempat mereka meletakkan telur.
Kondisi berkerumun (crowding) atau overpopulasi dapat menyebabkan kumbang betina untuk bertelur lebih cepat, namun dengan jumlah telur yang lebih sedikit dari umumnya. Telur akan menetas dalam kurun waktu 6-8 hari.
Fase Larva
Larva kumbang rokok memiliki rambu-rambut panjang dan kapsul di bagian kepala yang berwarna gelap. Untuk menetas, larva L. Serricorne akan mengunyah bagian korion di posterior telur.
Larva yang baru menetas memiliki warna transparan, namun akan berubah perlahan menjadi kuning-putih.
Ketika tidak ada makanan lain yang tersedia, larva kadang-kadang akan memakan sisa kulit telurnya serta kulit telur yang tidak menetas di sekitarnya. Saat menetas, larva biasanya akan aktif dan mampu bergerak cukup jauh untuk mencari makanan. Kemampuan larva kumbang rokok untuk bergerak dari sumber makanan kering yang terinfestasi ke yang tidak terinfestasi berkontribusi pada tingginya tingkat infestasi spesies ini. Ukuran mereka yang kecil juga memungkinkan mereka untuk menembus celah-celah kecil di kemasan produk.
Larva Lasioderma serricorne akan berganti kulit dua kali, dan pada ganti kulit kedua mereka akan memeiliki bentuk scarabaeiform. Setelah berganti kulit, larva biasanya kurang aktif, tetapi masih mampu bergerak cukup jauh. Pada tahap ini, larva cenderung menggali lebih dalam ke dalam material target jika material tersebut dikemas dengan cukup longgar.
Fase Pupa
Larva yang sudah tumbuh sepenuhnya menjadi tidak bergerak dan berhenti makan. Pada tahap ini, larva akan membentuk pupa menggunakan bahan limbah makanan dan sekresi dari usus tengah mereka. Pupa biasanya berbentuk oval, tetapi pupa kumbang ini bisa bervariasi. Pupa-pupa ini biasanya berukuran panjang 4,5 mm dan lebar 3 mm. Secara keseluruhan, larva Lasioderma serricorne biasanya mengalami empat periode pertumbuhan sebelum menjadi pupa, meskipun ini tergantung pada suhu tempat mereka hidup.
Larva akan tetap berada dalam kepompong selama 2–4 hari untuk menjalani perubahan struktural sebelum muncul sebagai pupa. Pupa berwarna putih, kadang-kadang dengan sedikit warna hijau saat baru terbentuk. Pupa secara bertahap akan berubah menjadi coklat kemerahan yang semakin gelap seiring usia.
Pupa tidak aktif dan hanya memiliki sedikit gerakan. Rata-rata panjang pupa adalah 3,5 mm dengan lebar rata-rata 1,7 mm. Pupa menunjukkan dimorfisme seksual, di mana pupa jantan memiliki genital yang bulat dan tidak menonjol, sedangkan betina memiliki genital yang terpisah.
Fase Dewasa
Kumbang dewasa akan tetap berada dalam fase pupa selama 4-6 hari sebelum mereka akan keluar dengan bentuk dewasa berwarna dan sudah matang secara seksual. Tubuh kumbang dewasa berbentuk oval memanjang dan sedikit cembung.
Antena kumbang ini terdiri atas 11 segmen, beberapa di antara segmen antena ini berbentuk segitiga. Kumbang dewasa berwarna merah kecokelatan gelap. Beberapa spesies yang mengalami mutasi dapat memiliki warna hitam secara keseluruhan pada tubuhnya.
Betina dewasa biasanya memiliki berat lebih dari jantan. Panjang rata-rata betina dewasa adalah sekitar 2,6 mm, sementara lebarnya rata-rata 1,4 mm. Untuk jantan dewasa, panjang rata-ratanya adalah 2,1 mm dan lebar rata-rata 1,2 mm.
L. serricorne dewasa memiliki sayap dan dapat terbang. Mereka biasanya hidup selama 2-7 minggu, tetapi beberapa faktor mempengaruhi umur mereka, seperti perkawinan dan jenis makanan larva.
Persebaran Habitat dan Preferensi Makanan
Kumbang rokok secara alami ditemukan di wilayah pan-tropis, tetapi mereka telah tersebar ke seluruh dunia melalui perdagangan barang-barang kering. Penyebaran dan keberhasilan reproduksi spesies ini sangat terkait dengan lingkungan mereka. Selain tembakau, kumbang rokok dapat menginfestasi sebagian besar barang kering, termasuk sereal, buah kering, rempah-rempah, tepung, dan produk hewani tertentu.
Larva kumbang rokok membutuhkan suhu antara 15°C dan 40°C untuk berhasil menetas, dengan rentang suhu yang paling optimal antara 30°C dan 33°C. Meskipun kumbang rokok dapat ditemukan di seluruh dunia, preferensi suhu ini memungkinkan spesies tersebut berkembang paling baik di zona tropis.
Kumbang rokok merupakan kumbang dnegan kemampuan terbang yang kuat. Kemampuan inilah yang berkontribusi pada pola migrasinya. Aktivitas migrasi kumbang ini memiliki dampak signifikan pada kemampuan spesies tersebut untuk menginfestasi berbagai lanskap pertanian, yang lebih lanjut berkontribusi pada luasnya penyebaran geografis dari spesies ini.
Nama “kumbang rokok” sendiri mungkin tergolong penyebutan nama yang salah kaprah, karena sebenarnya kumbang ini punya berbagai macam sumber makanan, tidak hanya tembakau kering saja. Beberapa makanan itu antara lain biji-bijian, beras, dan sereal. Sumber makanan kumbang rokok sangat memengaruhi fekunditas, waktu perkembangan, tingkat kelangsungan hidup, dan berat badan.
Kumbang rokok merupakan salah satu dari sedikit spesies kumbang yang dapat hidup dan makan dari tembakau dan produknya. Mengapa sedikit sekali spesies yang dapat memakan tembakau? Hal ini karena daun tembakau memiliki nutrisi yang tidak lengkap dan memiliki nikotin, zat kimia yang dapat menjadi racun bagi serangga.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa nikotin dapat diproses di tubuh kumbang rokok tanpa menyebabkan kerusakan yang signifikan, bahkan tanpa dimetabolisme sekalipun. Secara khusus, lebih dari 91% nikotin yang dicerna dapat ditemukan pada kotoran kumbang ini. Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh mikroba di usus kumbang yang dapat mengeluarkan nikotin tanpa dimetabolisme dan tanpa membahayakan sistem pencernaan. Secara umum, diketahui bahwa kumbang rokok lebih menyukai jenis tembakau dengan kandungan gula tertinggi dan persentase nikotin terendah.
Dampak dan Manajemen Pengendalian
Dalam kasus yang jarang terjadi, kumbang rokok dapat menyebabkan infeksi pada manusia yang disebut kanthariasis. Infeksi ini disebabkan oleh kumbang dewasa atau larvanya dan telah dilaporkan terjadi di China dan Malaysia. Penularan bisa terjadi jika seseorang mengonsumsi makanan yang terinfeksi larva kumbang ini.
Bagi industri tembakau, kumbang rokok merupakan salah satu hama yang sangat merugikan. Infestasi dapat terjadi mulai dari tembakau yang ditanam di ladang hingga daun tembakau yang digunakan untuk membuat cerutu, rokok, dan produk tembakau lainnya.
Selain produk tembakau, kumbang ini juga dapat merusak berbagai produk makanan yang disimpan seperti tepung, campuran kering, buah kering, dan produk lain yang biasa disimpan di dapur atau kontainer besar. Mereka juga dapat menginfestasi produk non-makanan seperti tanaman kering dan spesimen herbarium.
Selama infestasi, kumbang dewasa akan membuat lubang pada kemasan makanan untuk menyerang makanan di dalam bungkusnya. Fase larva merupakan fase yang paling merusak di kumbang ini. Diperkirakan, kumbang ini ada hingga 1% dari semua produk tembakau yang disimpan. Kerugian ekonomi juga terjadi ketika kumbang ini menginfestasi produk individu seperti rokok.
Kerusakan yang disebabkan oleh kumbang tembakau pada produk yang disimpan seringkali tergolong parah. Hal ini karena seluruh siklus hidup kumbang ini terjadi di dalam produk. Beberapa kerugian yang dapat disebabkan oleh kumbang ini antara lain pertama, kumbang ini dapat menyebabkan kehilangan berat produk karena bahan mentah yang dimakan oleh hama. Meskipun setiap kumbang tidak makan banyak produk, infestasi dapat menghasilkan ribuan kumbang. Kedua, infestasi produk secara signifikan mengurangi nilai pasar produk tersebut. Ketiga, konsumen mungkin enggan membeli produk yang telah terinfestasi di masa lalu, meskipun saat ini produk tersebut sudah tidak terinfestasi.
Pengendalian kumbang ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan monitoring dan juga penggunaan jebakan (traps). Jebakan ini dapat dibuat dengan kandungan feromon untuk menarik kumbang jantang. Melalui metode ini, diharapkan keberadaan kumbang dapat dideteksi serta tingkat infestasi dapat dipantau.
Bal-bal tembakau curah yang terinfestasi dapat ditindaklanjuti dengan fumigasi menggunakan phospine dan metil bromida. Laju dosis dan waktu perlakuan dengan metil bromida adalah sekitar 20 g/m3 pada suhu 21 °C dan 32 g/m3 pada suhu 7-20 °C dengan durasi 2-3 hari. Akan tetapi, kini sudah mulai banyak yang melarang penggunaaan metil bromida dengan fumigasi. Hal ini karena kandungannya yang cukup berbahaya dan menimbulkan bau tidak sedap pada produk rokok. Bila menggunakan phospine, maka laju dosis adalah 1 gram phospine per m3 selama 5 hari pada suhu 12–15°C dan 4 hari pada suhu 16–20 °C.
Untuk infestasi pada skala rumah tangga atau masih tergolong terlokalisasi, pendekatan pengendalian dapat dilakukan dengan pembuangan produk yang sudah terinfestasi, dan menggunakan insektisida residual pada area yang diduga terjadi infestasi. Pendekatan residual ini dapat menggunakan insektisida dengan bahan aktif seperti sipermetrin.
Nah, demikian ulasan singkat terkait kumbang tembakau. Semoga bermanfaat ya!
Author: AS Zuhri
REFERENSI
Allotey, J., & Unanaowo, I. E. (1993). Aspects of the biology of Lasioderma serricorne (F.) on selected food media under tropical conditions. *International Journal of Tropical Insect Science, 14*(5–6), 595–601. https://doi.org/10.1017/S1742758400017987
Ashworth, J. R. (1993). The biology of Lasioderma serricorne. *Journal of Stored Products Research, 29*(4), 291–303. https://doi.org/10.1016/0022-474x(93)90044-5
Blanc, M. P., Lugon-Moulin, N., Panighini, C., Pijnenburg, H., & Rossi, L. (2006). Structure of worldwide populations of Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae) as revealed by amplified fragment length polymorphism profiles. *Bulletin of Entomological Research, 96*(2), 111–116. https://doi.org/10.1079/BER2005405
Fardisi, M., & Mason, L. J. (2013). Influence of temperature, gender, age, and mating status on cigarette beetle (Lasioderma serricorne (F.)) (Coleoptera: Anobiidae) flight initiation. *Journal of Stored Products Research, 52*, 93–99. https://doi.org/10.1016/j.jspr.2012.12.006
Farnham, A. S., Flora, J. W., Ingram, S. S., & Faustini, D. L. (2007). No evidence of substantial nicotine metabolism by Lasioderma serricorne (Fabricius) (Coleoptera: Anobiidae) reared on tobacco. *Journal of Stored Products Research, 43*(2), 171–176. https://doi.org/10.1016/j.jspr.2006.04.003
Hagstrum, D. (2016). *Atlas of Stored-Product Insects and Mites*. Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-810431-6.00001-7
Hartnack, H. (1939). *202 Common Household Pests of North America*.
Mahroof, R. M., & Phillips, T. W. (2008). Life history parameters of Lasioderma serricorne (F.) as influenced by food sources. *Journal of Stored Products Research, 44*(3), 219–226. https://doi.org/10.1016/j.jspr.2007.12.001
Maxwell-Lefroy, H. (1906). *Indian Insect Pests*. Office of the Superintendent of government printing.
Rayner, V. (1951). Some aspects of the biology of the tobacco beetle, Lasioderma serricorne (F.), (Coleoptera: Anobiidae). University of Cape Town.
Wang, T., Ren, Y. L., Tian, T. A., Li, Z. T., Wang, X. N., Wu, Z. Y., Tang, J., & Liu, J. F. (2021). Determining the effect of temperature on the growth and reproduction of Lasioderma serricorne using two-sex life table analysis. *Insects, 12*(12), 1103. https://doi.org/10.3390/insects12121103