Kumbang Khapra (Trogoderma granarium) Mengganggu Bahan Pangan di Gudang

Kumbang Khapra (Trogoderma granarium) Mengganggu Bahan Pangan di Gudang
24
Senin, 24 Juni 2024

Kumbang khapra, Trogoderma granarium Everts (Coleoptera: Dermestidae), adalah serangga pengganggu bahan pangan yang disimpan di gudang. Bahan pangan yang dimaksud adalah biji-bijian, seperti gandum

Kata “Khapra” berasal dari bahasa Urdu dan Hindi yang artinya perusak. Mereka dapat ditemukan di India dan meluas ke negara Afrika, Asia Selatan, dan Eropa melalui mobilisasi manusia.

Larva kumbang khapra tahap awal akan memakan embrio benih dan kemudian larva yang lebih tua akan memakan seluruh biji, sehingga membuat lubang pada biji-bijian dan hanya menyisakan kulitnya saja. Selain itu, dilaporkan bahwa serangan serangga ini mampu menurunkan kadar total protein dan karbohidrat dalam biji yang dimakannya.

Artikel ini akan membahas mengenai kumbang khapra, lengkap dengan penjelasan kerusakan yang diakibatkannya dan cara mengendalikan kumbang khapra. Yuk simak uraian di bawah ini.

Mengenal Lebih Dekat dengan Kumbang Khapra.

Kumbang khapra melewati beberapa tahapan hidup, yang dimulai dari telur, larva, pupa, hingga serangga dewasa.

Larva dari kumbang ini berwarna putih kekuningan hingga coklat kemerahan dengan kepala dan rambutnya berwarna kemerahan. Panjang larva dapat mencapai ukuran hingga 6 mm dan lebar 1,5 mm.

Serangga dewasa berwarna coklat kemerahan yang dapat mencapai ukuran panjang 2,3 mm untuk jantan dan 3,4 mm untuk betina. Meskipun individu jantan dan betina mengembangkan struktur sayap, tetapi mereka dilaporkan tidak dapat terbang.

Perkembangan dari kumbang khapra sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Mereka lebih menyukai suhu yang lebih tinggi dengan kelembaban yang rendah.

Kumbang khapra memiliki waktu perkembangan selama 39-45 hari untuk menyelesaikan tahap telur hingga dewasa pada suhu 30◦C dan 220 hari pada suhu 21◦C.

Larva dari kumbang khapra diketahui melewati 4–8 instar. Larva akan menjadi pupa dan muncul sebagai kumbang dewasa yang hidup relatif singkat, yaitu sekitar 10 hari dalam kondisi optimal.

Sebagian besar penelitian melaporkan bahwa kumbang betina dewasa dapat menghasilkan antara 26-66 telur selama masa hidupnya.

Di daerah beriklim sedang, larva menjadi tidak aktif pada suhu di bawah 5°C, sehingga mereka hanya mampu bertahan hidup dan berkembang biak di lingkungan yang dilindungi. Ada dua variasi genetik larva, yaitu larva yang mampu menjalani diapause fakultatif dan larva yang tidak mampu menjalaninya.

Diapause adalah karakteristik utama yang dimiliki oleh kumbang khapra (Trogoderma granarium). Fenomena ini berkontribusi terhadap umur panjang dan keberhasilan invasifnya.

Tahap diapause biasanya terjadi pada larva instar ke-5 dan dilaporkan dapat bertahan hingga enam tahun lamanya. Larva yang diapause dapat bertahan hidup tanpa makanan, meskipun mereka dapat menjadi aktif untuk mencari makan dan kemudian kembali ke keadaan diamnya.

Diapause biasanya terjadi dalam kondisi kepadatan tinggi, suhu terlalu rendah atau tinggi, dan sumber makanan rendah. Ketika kondisi menguntungkan kembali, mereka dapat berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan kerusakan serius pada bahan pangan di gudang.

Larva yang diapause cenderung bersifat tersembunyi dan tidak banyak bergerak di tempat persembunyiannya. Hal ini yang menjadi tantangan dalam proses pendeteksiannya.

Kerusakan Akibat Kumbang Khapra.

Tidak seperti kebanyakan dermestid lainnya yang memiliki preferensi produk hewani untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, kumbang khapra (Trogoderma granarium) lebih menyukai biji-bijian dan produk olahannya sebagai sumber makanan dan tempat persembunyian.

Inang utama adalah gandum, sereal, soba, produk sereal, kacang-kacangan, alfalfa, aneka bibit sayuran, herba, dan rempah-rempah. Ia juga berhasil menyelesaikan siklus hidupnya dalam kopra, buah-buahan kering dan berbagai getah.

Gandum merupakan salah satu inang terbaik bagi perkembangan Trogoderma granarium. Infestasi larva pada biji gandum yang tinggi (75%) berdampak negatif terhadap kualitas nutrisi dari gandum, seperti berkurangnya kandungan mineral, lemak kasar, karbohidrat total, gula, dan kandungan protein sebenarnya.

Larva muda kumbang khapra cenderung memakan bagian biji yang lebih lunak, seperti germ. Larva yang lebih tua dapat menghancurkan bagian biji yang kemudian menempatinya.

Dalam kondisi gelap, peningkatan konsumsi makanan oleh larva kumbang khapra telah diamati. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang mengamati kumbang khapra pada beras putih di suhu penyimpanan 28,5◦C menunjukkan bahwa kelangsungan hidup larva sebesar 81% dalam kegelapan konstan dibandingkan cahaya konstan yang hanya memiliki kelangsungan hidup sebesar 51%.

Kumbang khapra lebih banyak merusak biji daripada yang dikonsumsinya. Kumbang khapra juga menyebabkan kontaminasi berat pada bahan pangan dengan bagian tubuh atau kulit yang mereka buang.

Karakteristik biji dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan populasi dari kumbang khapra, seperti tingkat kekerasan biji, ukuran biji, tingkat frass yang tinggi.

Penurunan bobot biji yang terinfestasi dan biaya perawatan yang diperlukan akan mengurangi keuntungan penjualan dan dengan cepat membuatnya tidak dapat dipasarkan. Selain itu, konsumsi beberapa kontaminan yang ditimbulkan akibat kumbang khapra dalam makanan oleh manusia dapat menyebabkan bahaya kesehatan yang serius.

Cara Mengendalikan Kumbang Khapra.

Studi terbaru menunjukkan bahwa insektisida Organofosfat, pirimiphos-methyl, dan tanah diatom lebih efektif dibandingkan piretroid, insect growth regulators (IGRs), dan spinosad untuk mengendalikan larva dari kumbang khapra.

Penerapan insektisida kontak pada permukaan bangunan dan metode fumigasi dapat membantu mencegah penyebaran kumbang khapra. Fumigan yang telah digunakan adalah metil bromida dan fosfin.

Beberapa populasi kumbang khapra dilaporkan resisten terhadap malathion, lindane, metil bromida, fosfin, deltametrin, diklorvos, dan pirimiphos-metil. Penelitian sebelumnya telah mendeteksi strain kumbang khapra yang resisten dan rentan terhadap fosfin dan mereka melaporkan bahwa 5–12% terjadi kematian pada larva di strain yang resisten dibandingkan dengan 84–94% pada strain yang rentan.

Suhu ekstrim dapat digunakan untuk mengendalikan banyak spesies serangga, termasuk kumbang khapra. Mengatur suhu hingga -20◦C di ruang penyimpanan atau gudang mampu membunuh larva kumbang khapra setelah 15 hari pengaturan.

Selain dengan suhu yang sangat rendah, pengendalian juga dapat dilakukan dengan suhu yang sangat tinggi. Paparan pada suhu 45◦C akan membunuh larva kumbang khapra setelah 397 jam pengaturan, 7 jam pada suhu 50◦C, dan 1,2 jam pada suhu 60◦C.

Metode lainnya yang dapat digunakan adalah mengkondisikan ruangan menjadi tinggi karbon dioksida (CO2). Percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan 60–80% CO2 menunjukkan kematian pada telur, pupa, kumbang dewasa dalam waktu 6 hari, dan larva dalam waktu 16 hari.

Pengendalian secara biologi pada kumbang khapra belum banyak diteliti, namun sejumlah agen pengendali hayati diketahui berasosiasi dengan kumbang khapra.

Protozoa Mattesia trogodermae Canning (Protozoa: Neogregarinida) dan nematoda Steinernema masoodi (Rhabditida: Steinernematidae) efektif melawan kumbang khapra. Xylocoris flavipes (Reuter) (Hemiptera: Anthocoridae) teramati menjadi predator bagi larva kumbang khapra.

Beberapa isolat jamur Metarhizium anisopliae (Metschinkoff) Sorokin (Ascomycota:Hypocreales) dilaporkan bersifat patogen terhadap kumbang khapra dewasa dan larva. Selain itu, bakteri Bacillus thuringiensis Berliner (Bacilli: Bacillaceae) sangat efektif melawan larva kumbang khapra.

Meskipun populasi parasit dan predator mungkin memainkan peran kecil dalam mengatur populasi kumbang khapra, informasi mengenai musuh alami dan patogen kumbang khapra menunjukkan potensi untuk mendorong pengendalian biologis dalam sistem Pengendalian Hama terpadu (PHT) untuk hama ini di wilayah endemiknya.

Demikian informasi terkait Kumbang Khapra dan cara pengendaliannya. Semoga bermanfaat, ya!

Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen terpercaya.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.

Author : Ainur Subhan

Referensi

Athanassiou, C.G., Phillips, T.W., & Waqas, W. (2019). Biology and Control of the Khapra Beetle, Trogoderma granarium, a Major Quarantine Threat to Global Food Security. Annual Review of Entomology, 64: 48-131. https://doi.org/10.1146/annurev-ento-011118-111804.

EPPO. (2013b). PM 7/13 (2) Trogoderma granarium. Bulletin OEPP, 43(3): 431-448. https://doi.org/10.1111/epp.12080.

Naseri, B., & Borzoui, E. (2016). Life Cycle and Digestive Physiology of Trogoderma granarium (Coleoptera: Dermestidae) on Various Wheat Cultivars. Annals of the Entomological Society of America: 1-8. Doi: 10.1093/aesa/saw052.

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA