Pohon eukaliptus (Eucalyptus sp.) adalah salah satu flora yang ditanam untuk tujuan komersial atau estetika di lanskap perkotaan atau pedesaan.
Eukaliptus diketahui mendukung banyak serangga herbivora untuk hidup, termasuk serangga yang merugikannya yakni kumbang daun paropsine (Coleoptera: Chrysomelidae).
Apa itu kumbang daun paropsine? Paropsine adalah kelompok kumbang pemakan daun (defoliator) yang masuk dalam sub-famili Chrysomelinae. Kumbang ini terdiri dari 12 genera dengan Paropsis, Chrysophtharta, dan Paropsisterna adalah genera yang umum diketahui.
Beberapa spesies kumbang daun paropsine yang dilaporkan sebagai defoliator tanaman eukaliptus, yaitu Paropsisterna cloelia, Paropsis charybdis, Paropsine chrysomelid, dan Paropsisterna bimaculata. Mereka dapat ditemukan di Amerika Utara, Tasmania, California Selatan, Selandia Baru, Asia Tenggara, hingga India.
Kumbang daun paropsine dewasa memiliki panjang sekitar 8-11 mm dengan warna coklat kemerahan disertai motif tertentu, tergantung dari spesies.
Kumbang dewasa akan muncul pada musim semi untuk mencari makan, kawin, dan bertelur. Paropsis charybdis dilaporkan mampu bertelur sebanyak 1045 butir telur selama hidupnya, sedangkan Paropsisterna cloelia sebanyak 1428 butir telur.
Telur berwarna kuning pucat dengan panjang sekitar 2-3 mm. Telur tersebut biasanya diletakkan secara berkelompok di atas daun, sebanyak 20-60 butir telur per kelompok.
Larva yang baru menetas akan memakan daun dengan rakus secara berkelompok (agregasi) di siang hari. Perilaku agregasi dan warna mencolok yang dimilikinya berfungsi sebagai perlindungan terhadap predasi atau parasitisme.
Salah satu spesies, Paropsisterna cloelia, diketahui mampu mengeluarkan cairan yang mengandung hidrogen sianida, benzaldehida, dan glukosa sebagai bentuk pertahanan lainnya dari ancaman.
Selanjutnya, larva dewasa (pra-pupa) akan menjatuhkan diri dari daun ke tanah untuk menjadi pupa di serasah daun. Tahap pupa akan berlangsung selama 7-10 hari.
Siklus hidup penuh dari telur hingga dewasa membutuhkan waktu 7-9 minggu. Namun, hal ini bervariasi tergantung spesies eukaliptus, kualitas daun, dan suhu lingkungan.
Kumbang daun paropsine memakan tanaman selama tahap larva dan dewasa. Mereka secara khas memakan daun dari tepi menuju urat tengah.
Banyak spesies kumbang daun paropsine melakukan defoliasi pada pohon muda, sementara beberapa spesies teramati memakan pohon tua. Sebagai contoh, kumbang Paropsis charybdis di Selandia Baru teramati memakan dedaunan pada pohon tua (Eucalyptus nitens dan Eucalyptus globulus) yang telah berumur 4 tahun.
Namun, defoliasi yang paling parah umumnya terjadi pada kelompok pohon yang berumur lebih muda.
Dampak yang ditimbulkan akibat kumbang ini terhadap pertumbuhan pohon bergantung pada tingkat keparahan, frekuensi, dan waktu, serta faktor abiotik, seperti ketersediaan unsur hara dan air yang dapat menghambat kapasitas tanaman untuk pulih dari defoliasi.
Pada daerah beriklim hangat, kumbang cenderung memiliki generasi yang lebih banyak (lebih dari 2 generasi per tahun), aktif mencari makan hampir sepanjang tahun, dan akibatnya dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan yang ditimbulkan.
Berdasarkan literatur, kumbang daun paropsine mampu melakukan defoliasi terhadap pohon eukaliptus yang baru tumbuh lebih dari 50%. Hal tersebut menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan pohon secara signifikan hingga 4 tahun lamanya.
Di Australia, peristiwa defoliasi akibat kumbang daun paropsine yang tidak terkendali berpengaruh pada pengurangan volume kayu pada saat panen hingga 50%.
Secara umum, pemantauan dan pengawasan hama secara rutin adalah hal penting yang dapat dilakukan untuk pencegahan kerusakan akibat peristiwa defoliasi oleh kumbang daun paropsine.
Di Tasmania, FORICO mengelola lebih dari 174.000 hektar pohon eukaliptus (baik yang ditanam maupun tumbuh secara alami) dan memiliki program pemantauan hama setiap musim semi dan musim panas untuk menilai kebutuhan intervensi (dalam hal pengendalian hama).
Musuh alami dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pengendalian kumbang daun paropsine yang mungkin dilakukan.
Coccinellids (kumbang kepik), serangga reduviid (kumbang assassin), dan serangga pentatomid adalah predator umum terhadap telur dan larva muda, sedangkan untuk serangga dewasa biasanya mereka dimangsa oleh burung jalak dan burug pipit.
Lalat tachinid, tawon pteromalid, tawon braconid, dan nematoda merupakan parasitoid utama dengan tingkat parasitisme mendekati 100%, terutama pada tahun-tahun dengan tingkat populasi inang yang tinggi.
Seringkali, musuh alami memang baik digunakan untuk mengurangi beban hama di kawasan budidaya. Namun, jika defoliasi dan populasi hama berada di atas ambang batas kerusakan ekonomi, maka diperlukan metode lain untuk melakukan proses pengendalian hama tersebut.
Aerial spraying menggunakan drone atau helikopter dengan insektisida kimia, seperti DDT dan Gusathion 50, merupakan praktik umum pada tahun 1960an dan 1970an untuk mengendalikan Piropsis charybdis. Hal ini terbukti efektif dalam waktu singkat untuk mengurangi populasi hama dan memulihkan pohon yang mengalami defoliasi.
Menggunakan metode yang sama (aerial spraying), saat ini wabah massal dari kumbang daun paropsine dikendalikan dengan piretroid (α-cypermethrin) dan organofosfat (maldison dan carbaryl) sintetik berspektrum luas. Pengaplikasian biasanya menggunakan tetesan ultra-halus untuk membantu penetrasi kanopi dan dalam pembawa berbahan dasar minyak untuk membantu retensi.
Sayangnya metode tersebut mempunyai efek samping negatif, yaitu juga membunuh serangga non-target (termasuk predator, parasitoid, dan hewan air). Selain itu, penerapannya tidak mencegah infestasi kembali dari area sekitar yang tidak diobati dan tingginya biaya operasi penyemprotan yang berulang-ulang.
Beberapa insektisida biologis dan alternatif telah diuji coba dengan hasil yang menjanjikan terhadap larva Paropsis charybdis. Namun, insektisida tersebut memerlukan penggunaan berkali-kali atau volume yang lebih besar sehingga lebih mahal untuk diterapkan.
Praktik silvikultur juga dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengendalian, seperti penanaman spesies yang kurang disukai oleh kumbang sehingga mereka tidak akan hidup di sekitar kawasan budidaya. Beberapa spesies yang dimaksud yakni Eucalyptus fastigata, Eucalyptus delegasiensis, dan Eucalyptus viminalis.
Nah, demikian ulasan informasi mengenai kumbang daun parospine.
Apabila sedang mencari perusahaan pengendalian hama berlisensi, Ahli Hama dapat dipilih sebagai lembaga independen yang terpercaya.
Di sini menyediakan berbagai jenis layanan training mencakup:
Selain itu, adapun konsultan manajemen hama dan sertifikasi bebas hama untuk penilaian keberadaan hama.
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1625-0931.
Semoga ulasan di atas dapat bermenfaat ya.
Author: Dherika