Kamitetep (Phereoeca uterella) dan Dampaknya pada Tekstil

Kamitetep (Phereoeca uterella) dan Dampaknya pada Tekstil
03
Selasa, 3 September 2024

Phereoeca utella, yang lebih dikenal dengan nama kamitetep, adalah serangga ngengat dari famili Tineidae dalam ordo Lepidoptera. Pertama kali dideskripsikan oleh Lord Walsingham pada tahun 1956 di Kepulauan Virgin, Amerika Serikat, kamitetep kini telah menyebar ke berbagai wilayah di dunia, termasuk Asia dan Afrika. Penyebaran ini umumnya disebabkan oleh perdagangan internasional, mobilisasi barang, dan pergerakan populasi.

Keberadaan kamitetep dapat menyebabkan kerugian signifikan di berbagai industri, terutama yang berkaitan dengan tekstil dan bahan organik. Di industri tekstil dan pakaian, kamitetep merusak pakaian, terutama yang terbuat dari wol dan sutra, karena larva akan memakan serat kain untuk membangun cangkangnya. Hal ini menyebabkan kerusakan yang dapat menurunkan nilai estetika dan fungsional pakaian, serta meningkatkan biaya perbaikan dan penggantian. Dalam industri karpet dan upholstery, kamitetep dapat merusak karpet dan pelapis furnitur, menurunkan nilai dan umur pakai produk serta menambah biaya pemeliharaan.  

Selain kerusakan pada tekstil, gigitan larva kamitetep pada manusia juga dapat menimbulkan reaksi alergi, seperti gatal-gatal, ruam, dan bengkak. Dalam kasus yang lebih serius, reaksi ini bisa melibatkan gejala seperti mual, muntah, dan kesulitan bernapas, terutama pada individu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap sengatan atau iritan.

Siklus hidup kamitetep termasuk ke dalam holometabola yang terdiri dari telur, larva, pupa, dan dewasa yang biasanya berlansung selama 62-86 hari. Setelah kawin, kamitetep betina akan meletakan telurnya yang berjumlah kurang lebih 200 telur di celah-celah dinding atau lantai.

Setelah menetas, larva akan membangun cangkang pelindung dari sutra yang dihasilkan sendiri, dilapisi dengan partikel kecil seperti pasir, tanah, dan serat kain. Hal tersebut menyebabkan tahap larva adalah tahap yang paling merusak dalam siklus hidup kamitetep, karena larva aktif memakan bahan tekstil seperti wol dan sutra untuk membangun dan memperbesar cangkangnya.

Seiring waktu ukuran cangkang akan semakin besar membentuk terowongan dengan ukuran panjang mencapai 8-14 mm dan lebar 3-5 m. Karena perilakunya tersebut, kamitetep disebut juga sebagai case-bearer atau larva serangga yang membentuk case pelindung. Setelah tahap larva selesai, kamitetep akan memasuki tahap pupa. Periode pupa ini biasanya berlangsung sekitar 10-14 hari. Selama fase ini, larva mengalami metamorfosis menjadi ngengat dewasa. Kamitetep betina dewasa biasanya memiliki ukuransayap dan tubuh yang lebih besar dibandingkan kamitetep jantan.

Kamitetep biasanya ditemukan di lingkungan yang lembab dan memiliki banyak sumber makanan untuk larva. Mereka sering ditemukan di rumah tangga dan industri tekstil, terutama di area yang jarang dibersihkan seperti celah-celah dinding, lantai, dan perabotan.

Pengendalian dan pembasmian kamitetep memerlukan pendekatan yang terintegrasi karena serangga ini memiliki  siklus hidup dan perilaku yang kompleks, yang membuat sulit untuk dikendalikan hanya dengan satu metode.

Pertama, penting untuk menjaga kelembaban rumah pada tingkat rendah menggunakan dehumidifier, serta rutin membersihkan rumah dari jaring laba-laba dan debu yang dapat menjadi tempat berkembang biak bagi larva. Selain itu, pakaian yang terbuat dari wol dan sutra dapat disimpan dalam plastik tertutup untuk melindunginya dari kamitetep. Penggunaan kamper atau kapur barus juga efektif untuk mencegah infestasi kamitetep pada pakaian.

Jika diperlukan, pembasmian kamitetep dapat dilakukan dengan insektisida, baik kimia maupun organik. Insektisida kimia yang mengandung bahan aktif seperti permethrin dan cyfluthrin sering digunakan dan terbukti efektif dalam mengendalikan ngengat tekstil, namun pengguna harus memastikan bahwa produk tersebut aman untuk digunakan pada bahan tekstil dan tidak menyebabkan kerusakan. Sebagai alternatif, insektisida organik yang terbuat dari bahan-bahan seperti kunyit, sirih, cabai, dan bawang putih dapat diracik menjadi larutan semprot, menawarkan metode yang lebih alami untuk pengendalian. Upaya preventif juga dapat dilakukan dengan meyimpan beberapa jenis tanaman yang  aromanya tidak disukai kamitetep, seperti rosemary, thyme, krisantenum, marigold, sirih, dan sitronela.  

Upaya-upaya yang digunakan harus dilakukan secara konsisten untuk mencegah infestasi berulang. Apabila infestasi kamitetep sulit diatasi dengan metode standar, dapat dilakukan konsultasi dengan ahli pengendalian hama profesional untuk mendapatkan solusi yang lebih komprehensif dan terintegrasi.

Demikian informasi terkait kamitetep dan dampaknya pada tekstil. Semoga bermanfaat, ya!

Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931

 REFERENSI

Aiello, A. (1979). History and Behavior of the Case Bearer Phereoeca Allutella (Lepidoptera : Tineidae). Psyce : A Journal of Entomology.  86 (2) : 125-136.

Nurwanti, Imas. (2017). Uji Efektivias Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Pestisida Nabati Terhadap Bactrocera caramble Drew dan Hancock. Thesis Sarjana, Universitas Brawijaya.

Subrata, I.M. (2016).Aktivitas Fungisida Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Kultivar Beleng Terhadap Jamur Fusarium solani var. coeruleum Penyebab Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang (Solanum tunerosum L.). 31-35.

UF, (2017). Phereoeca uterella. https://entnemdept.ufl.edu/creatures/urban/occas/household_casebearer.htm#:~:text=Life%20Cycle%20(Back%20to%20Top)&text=Eggs%20require%20more%20than%2010,(62%20to%2086%20days).  Diakses pada 20 Agustus 2023.  

ENESIS, (2023). Cara Membasmi Kamitetep di Rumah yang Mudah dan Efektif. https://enesis.com/id/artikel/cara-membasmi-kamitetep/#:~:text=Jika%20ingin%20mencoba%20cara%20menghilangkan,marigold%2C%20eucalyptus%2C%20dan%20serai. Diakses pada 20 Agustus 2023.  

KONSULTASI DENGAN AHLI HAMA