Nyamuk merupakan hama yang sangat mengganggu di lingkungan pedesaan dan perkotaan di seluruh dunia. Tiga spesies utama yang sering menjadi perhatian dalam kehidupan sehari-hari manusia adalah Aedes, Anopheles, dan Culex.
Keberadaan ketiga jenis nyamuk tersebut di wilayah urban dan rural telah menghasilkan dampak negatif bagi kesehatan manusia karena mereka dapat menjadi vektor pembawa penyakit yang mematikan, seperti demam berdarah, chikungunya, malaria, dan filariasis. Penyebaran penyakit oleh nyamuk telah menyebabkan beban ekonomi yang signifikan melalui biaya pengobatan, hilangnya produktivitas orang yang terjangkit, serta biaya yang diperlukan untuk upaya pengendalian. Selain itu, nyamuk juga dapat mempengaruhi industri pariwisata, terutama di daerah yang dikenal sebagai hotspot penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung, karena adanya kekhawatiran terhadap risiko kesehatan wisatawan yang ditimbulkan oleh gigitan nyamuk.
Telah banyak cara dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk, termasuk penggunaan insektisida, pemberantasan sarang nyamuk, dan teknik genetik seperti pelepasan nyamuk jantan steril ke lingkungan.
Selain pengendalian yang dilakukan lansung pada populasi nyamuk, usaha perlindungan pribadi juga menjadi sangat penting dalam mengurangi risiko gigitan nyamuk.
Penggunaan repelan serangga adalah salah satu cara efektif untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk. Repelan dapat diaplikasikan pada kulit, pakaian, atau ruangan.
Repelan serangga yang tersedia di pasaran terbagi menjadi dua kategori, yaitu repelan berbahan kimia sintetis dan repelan yang menggunakan senyawa aktif dari tanaman, seperti minyak esensial. Salah satu zat aktif yang paling umum digunakan dalam produk komersial adalah DEET (N,N-diethyl-m-toluamide), yang dikenal efektif dalam mengusir nyamuk, meskipun penggunaannya sering kali disertai dengan kekhawatiran akan efek samping dan dampaknya terhadap lingkungan.
Penelitian-penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa banyak alternatif lain yang berasal dari ekstrak tanaman yang memiliki efek repelan. Penggunaan repelan berbasis tanaman dianggap lebih aman bagi kesehatan dan memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan kimia sintetis. Hal ini sejalan dengan minat dan preferensi konsumen yang memilih menggunakan sesuatu yang alami atau ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu tanaman yang menarik untuk digunakan sebagai repelan alami adalah catnip (Nepeta cataria), yang dikenal karena kemampuannya untuk mengusir nyamuk.
Mekanisme Aksi Catnip (Nepeta cataria)
Catnip (Nepeta cataria) adalah tanaman herbal yang termasuk dalam keluarga mint (Lamiaceae). Tanaman ini dapat tumbuh hingga 1 meter dengan daun hijau berbentuk oval dan bunga ungu yang berbunga di musim panas. Catnip berasal dari Eurasia, tetapi kini banyak ditemukan di seluruh Amerika Utara dan bagian lain dunia. Catnip tumbuh subur di tempat yang terkena sinar matahari penuh dan tanah dengan drainase yang bagus.
Catnip memiliki sejarah yang panjang dalam pengobatan herbal yang kemungkinan sudah ada sejak zaman Neolitik. Pliny the Elder, seorang penulis Romawi kuno, mencatat berbagai penggunaan medis catnip dalam karyanya yang berjudul Naturalis Historia.
Saat ini, Catnip cukup populer di kalangan pemilik kucing karena kemampuannya untuk mempengaruhi perilaku kucing, yang sering kali menjadi sangat aktif atau euforia ketika mereka mencium atau mengunyah daun catnip.
Selain manfaatnya untuk manusia dan hewan, catnip juga dikenal sebagai repelan serangga. Penggunaan catnip sebagai pengusir serangga sudah tercatat sejak 1638 dalam karya botani Johannes Franck, di mana catnip disebut "lössegräs," yang berarti "rumput kutu," menunjukkan fungsinya sebagai pengusir serangga kecil.
Penelitian ilmiah pada awal 2000-an mulai mengkonfirmasi efektivitas catnip sebagai pengusir nyamuk, dengan studi oleh Universitas Iowa State pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa catnip sepuluh kali lebih efektif daripada DEET
Senyawa utama dalam catnip yang berperan sebagai repelan adalah nepetalactone. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nepetalactone dapat mengusir berbagai jenis serangga dan spesies nyamuk, termasuk Aedes aegypti dan Culex pipien.
Mekanisme aksi nepetalactone dalam merepel nyamuk melibatkan aktivasi reseptor TRPA1, yang merupakan reseptor iritan yang luas diekspresikan dalam sistem saraf serangga dan berfungsi untuk mendeteksi berbagai rangsangan berbahaya, seperti panas dan senyawa kimia yang dianggap merugikan.
Senyawa nepetalactone dapat masuk ke dalam tubuh nyamuk dan jenis serangga lainnya melalui kutikula, saluran pernapasan, dan kontak langsung. Ketika nepetalactone dilepaskan ke udara, nyamuk dapat mendeteksi keberadaannya melalui reseptor sensorik mereka, meskipun tidak bersentuhan langsung dengan tanaman catnip. Nepetalactone yang sudah ada di dalam tubuh akan berinteraksi dan mengaktivasi neuron sensorik yang mengekspresikan TRPA1. Ketika TRPA1 diaktifkan, nyamuk bereaksi dengan cepat dan menunjukkan perilaku menghindar yang kuat, biasanya berupa pelarian dari area yang terpapar catnip. Hal ini memungkinkan catnip untuk menginduksi perilaku menghindar atau pelarian pada nyamuk hanya melalui paparan aroma atau uapnya, mengurangi kontak dengan lingkungan yang mengandung zat tersebut.
Secara umum, terdapat beberapa isoform TRPA1 dalam serangga. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa isoform tertentu, seperti TRPA1C, lebih sensitif terhadap catnip dibandingkan dengan isoform lainnya. Hal ini membuktikan bahwa variasi dalam reseptor dapat mempengaruhi sejauh mana serangga bereaksi terhadap paparan catnip.
Pemanfaatan Catnip
Catnip dapat digunakan dalam beberapa cara efektif untuk mengusir nyamuk. Pertama, minyak esensial catnip yang dibuat dengan cara ekstraksi daun catnip segar atau kering menggunakan minyak pembawa atau alkohol dapat dioleskan langsung ke kulit. Minyak ini juga bisa digunakan dalam diffuser untuk menyebarkan aroma catnip di ruangan.
Penelitian toksisitas pada hewan seperti kelinci menunjukkan bahwa catnip memiliki keamanan yang cukup baik, dengan efek samping yang minimal saat digunakan dalam dosis yang wajar. Selain itu, meskipun catnip umumnya dianggap aman untuk manusia, beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi atau iritasi kulit setelah menggunakannya. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan tes pada area kecil kulit sebelum penggunaan secara luas, terutama jika menggunakan minyak esensial catnip.
Kedua, menanam catnip di kebun atau pot merupakan metode yang praktis dan menarik. Tanaman ini mudah tumbuh dan dapat memberikan manfaat tambahan sebagai tanaman hias serta dapat menjadi tanaman aromatik yang menarik bagi serangga menguntungkan, seperti lebah dan kupu-kupu.
Selain itu, catnip dapat dicampurkan dengan bahan lain untuk membuat semprotan ramah lingkungan. Misalnya, mencampurkan ekstrak catnip dengan air atau alkohol dalam botol semprot dapat menghasilkan solusi yang efektif untuk disemprotkan di area luar ruangan atau di sekitar tempat tinggal. Selain itu, catnip juga dapat dicampurkan dengan minyak essensial lain seperti citronella, lavender, atau eucalyptus.
Mencampurkan catnip dengan minyak esensial lain dapat meningkatkan daya repelan terhadap nyamuk dan serangga lainnya. Selain itu, minyak esensial seperti lavender dan eucalyptus memberikan aroma yang lebih harum, sehingga lebih nyaman digunakan di dalam ruangan atau pada kulit. Campuran ini juga menawarkan diversifikasi sifat repelan, karena setiap minyak esensial memiliki mekanisme kerja yang berbeda, memberikan perlindungan yang lebih luas. Beberapa minyak esensial juga memiliki sifat antiinflamasi dan antiseptik, yang bermanfaat untuk kulit. Terakhir, kombinasi ini dapat membantu semprotan bertahan lebih lama pada kulit atau di lingkungan, memberikan perlindungan yang lebih tahan lama.
Dengan berbagai metode penggunaan tersebut, catnip tidak hanya berfungsi sebagai repelan nyamuk, tetapi juga memberikan alternatif alami yang lebih aman dibandingkan dengan produk berbasis bahan kimia. Penggunaan catnip dalam berbagai bentuk membuatnya fleksibel dan mudah diintegrasikan ke dalam rutinitas sehari-hari.
Potensi Penelitian
Walaupun efektivitas catnip sebagai repelan telah dibuktikan, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk sepenuhnya memahami potensi dan toksisitasnya. Saat ini, catnip menjadi pilihan menarik bagi mereka yang mencari alternatif alami untuk mengendalikan populasi nyamuk dan melindungi kesehatan tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.
Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif dari insektisida kimia dan efek samping bahan kimia sintetis. , permintaan untuk repelan alami diperkirakan akan terus meningkat, mendorong penelitian lebih lanjut untuk menemukan dan mengembangkan lebih banyak alternatif yang aman dan efektif.
Nah, demikian ulasan singkat terkait Catnip Sebagai Solusi Alami untuk Mengusir Nyamuk .
Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami melalui +62 821-1825-0931.
Author : Rahmidevi Alfiani
REFERENSI
Batume, C., Mulongo, I. M., Ludlow, R., Ssebaale, J., Randerson, P., Pickett, J. A., ... & Scofield, S. (2024). Evaluating repellence properties of catnip essential oil against the mosquito species Aedes aegypti using a Y-tube olfactometer. Scientific Reports, 14(1), 2269.
Melo, N., Capek, M., Arenas, O. M., Afify, A., Yilmaz, A., Potter, C. J., ... & Stensmyr, M. C. (2021). The irritant receptor TRPA1 mediates the mosquito repellent effect of catnip. Current Biology, 31(9), 1988-1994.
Zhu, J. J., Zeng, X. P., Berkebile, D., Du, H. J., Tong, Y., & Qian, K. (2009). Efficacy and safety of catnip (Nepeta cataria) as a novel filth fly repellent. Medical and Veterinary Entomology, 23(3), 209-216.